Hidayatullah.com—Aktivis relawan Indonesia Muhammad Husein mengatakan menjelaskan fakta terkait rumor adanya warga Gaza menolak kehadiran Gerakan Perlawanan Islam (Hamas),menurutnya informasi tersebut tidak benar dan tidak dipertanggungjawabkan.
Dalam dua unggahan berjudul “Dilema Warga Palestina, Pilih Tetap di Genosida atau Usir Hamas dari GaZa?”, Ahad (30/3/2025), ia menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Sebelumnya, heboh diberbagai media-media dunia, termasuk di Indonesia adanya aksi ratusan warga Palestina di Gaza yang muak terhadap keberadaan gerakan Hamas dan meminta mereka keluar serta melepaskan dominasinya di Gaza.
Demonstrasi ini kemudian disebut oleh Perdana Menteri ‘Israel’ Netanyahu sebagai perkembangan positif. Menurutnya, aksi yang terjadi sebenarnya adalah penolakan warga Gaza terhadap genosida ‘Israel” dan perang.
“Pertama saya ingin pastikan ya, saya ingin tegaskan berdasarkan sumber-sumber yang kredibel, tim saya langsung di Gaza, teman-teman saya di Gaza, bahwa aksi ratusan massa keluar ini pertama pesannya adalah meminta agar dunia menghentikan perang ini,” ujarnya dalam unggahan sebelumnya, di Kanal YouTube Mohammad Hussein Gaza, Kamis (17/3/2025).
Menurutnya, aksi yang terjadi di Gaza beberapa hari yang lalu itu adalah pesan dari warga Gaza bahwa mereka juga manusia dan menolak jadi sasaran pembantaian, meskipu tak dapat dihindari ada penyusupan segelintir orang yang ini menjatuhkan citra Hamas.
“Saya 12 tahun tinggal di Gaza, memang demo itu adalah salah satu bentuk perjuangan yang bisa mereka lakukan. Dulu, misalnya, pernah ada namanya “Demo Kepulangan”. Jadi mereka demo di perbatasan Gaza, mengangkat slogan-slogan bahwa kami juga ingin pulang ke tanah kami, kami menolak blokade. Itu memang sudah menjadi tradisi mereka, itu bentuk perjuangan mereka,” katanya.
“Jadi demo itu bukan dikhususkan untuk mengecam atau menuntut agar gerakan hijau (istilahnya menyebut Hamas, red) ini keluar dari Gaza. Meskipun dalam prosesnya, ada oknum-oknum yang akhirnya memanfaatkan psikologi massa ini untuk diarahkan ke satu framing yang memang didesain juga oleh musuh, oleh ‘Israel’. Jangan kaget,” ujar alumni Universitas Islam Gaza ini.
Politik Belah Bambu ‘Israel’
Menurutnya, berita-berita –yang ikut disebarkan media Indonesia—seolah-oleh rakyat Gaza sudah muak terhadap para pejuang perlawanan, termasuk Hamas, justru narasi yang dibuat oleh penjajah ‘Israel’, yang dikenal di Indonesia sebagai “politik belah bambu”.
“Namun, kita harus memahami bahwa semakin besar perpecahan di Palestina, semakin menguntungkan ‘Israel’. Mereka selalu menggunakan strategi divide et impera untuk memecah kekuatan rakyat yang dijajah, ujar pria lulus kuliah dari Universitas Islam Gaza ini.
Ia mengingatkan, politik pecah belah seperti ini juga pernah terjadi di Indonesia, di mana sebagian kelompok satu dirangkul dan lainnya diinjak, hingga menciptakan kecemburuan sosial.
Penjajah ‘Israel’ tidak senang dengan persatuan banyak faksi perlawanan dan masyarakat di Gaza, sehingga ia terus membangun narasi bahwa gerakan Hamas adalah sumber masalah.
“Ketika perang meletus pada 7 Oktober, ‘Israel’ menggunakan alasan ini untuk melakukan genosida di Gaza. Mereka membagi selebaran kepada warga Gaza, mengatakan bahwa gerakan Hamas adalah penyebab penderitaan mereka,” ujar pria yang tinggal dan beristrikan orang asli Gaza ini.
‘Israel’ juga melakukan pembantaian sistematis terhadap keluarga para pejuang perlawanan, membunuh seluruh anggota keluarga hanya karena ada satu orang yang terlibat dalam perjuangan.
“Selama lebih dari 160 hari, warga Gaza dipaksa agar menerima narasi bahwa gerakan Hamasnya penyebab penderitaan mereka,” ujarnya.
“Maka, jika ada segelintir orang yang akhirnya menyerah dan mengikuti narasi ‘Israel’, itu bisa dimengerti. Namun, jika kita melihat lebih dalam, spanduk dan tulisan dalam aksi demo di Gaza bukanlah seruan untuk mengusir Hamas, melainkan tuntutan agar dunia tidak diam melihat penderitaan mereka. Mereka ingin hidup dan berhak atas kehidupan yang mulia,” tambahnya.*