DUA hari terakhir ini, pikiran saya agak terganggu dengan hilangnya kunci mobil Suzuki Forsa GLX. Bukan cuma karena akhirnya tidak bisa mengendarainya, tapi juga terpikir bagaimana dampak berikutnya kalau mesin kendaraan tidak dihidupkan sejak lama. Apalagi untuk mesin sekelas mobil lawas tersebut.
Gara-gara benda kecil itu lenyap, malam Ahad lalu (26/01/2019), saya harus menahan dinginnya udara malam pukul tiga dinihari untuk mengisi pengajian Ahad subuh di satu masjid di sebuah kota besar di Kalimantan Timur.
Jarak tempuh yang lumayan jauh, sekitar 30 km membuat perjuangan dakwah itu makin terasa. Udara di jalan sangat dingin, diterpa angin sepertiga akhir malam. “Syukurnya nggak hujan pukul tiga dinihari itu,” batinku bersyukur.
Hari pertama berlalu, belum ada tanda-tanda keberadaan kunci itu. Padahal hampir seisi rumah sudah “diobrak-abrik”. Di beberapa grup WA juga sudah diumumkan, tapi nampaknya tidak ada yang menemukan.
Mulailah terpikir memanggil tukang kunci. Setelah browsing di internet, Alhamdulillah ketemu. Saya lalu mengenalkan posisi alamat ke tukang kunci.
Di seberang telepon, terdengar jawaban, “Saya nggak bisa ke sana, Pak, harus standby di sini.” Alamat tukang kunci itu di kilometer 2 sesuai yang tertera di websitenya. Uft, lumayan jauh memang itu!
“Maaf, Mas, Kira-kira kalau boleh tahu berapa biaya ganti kuncinya,” tanyaku berbasa basi.
“Rp 600 ribu, Pak” jawabnya tanpa beban.
Percakapan singkat dengan tukang kunci berakhir begitu saja. Tapi beban pikiran ini tak kunjung berakhir. Diam sejenak. Dalam hati bergumam, “Ya Allah, hamba memang lemah.” Solusi yang dinanti seperti belum sesuai harapan.
Kubuka aplikasi Dzikir Pagi-Sore yang ada di telepon cerdas. Tiba-tiba mata ini tertuju pada potongan ayat Kursi yang berbunyi.
له ما في السماوات وما في الأرض
“Kepunyaan-Nyalah segala apa yang ada di langit dan di bumi.”
Tiba tiba terlintas di benak, “Iya juga ya, semua milik Allah, termasuk kunci Forsa, Forsanya juga milik Allah, bahkan pemilik Forsa juga milik-Nya semata.”
Subhanallah, ada kekuatan untuk menimalisisai beban pikiran setelah merenungi ayat ini. Kini akal tak lagi mendominasi. Ada hati tempat berbagi beban yang terasa meringankan.
Setelah menuntaskan bacaan dzikir, entah tiba-tiba pertanyaan itu datang lagi. Ia bercampur penasaran: “Dimanakah, kunci itu? Jatuhnya nggak di luar kampus sepertinya,” dugaanku menebak sembarangan.
Tapi masak tidak satu pun yang menemukannya jika memang jatuhnya di lingkungan sekitar saja. Barangkali ditemukan di kamar mandi masjid oleh orang lalu dibuang ke kloset dan masuk ke septitank. Oh..tidak! begitulah bisikan-bisikan negatif itu tak henti silih berganti. Semuanya bikin tambah pusing.
Kembali kuaktifkan hati.
Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui. Hamba yakin Engkau mengatahui dimana letak kunci itu sekarang.
Ya Allah, Engkau Maha Kaya, Rabb yang tidak butuh kepada siapapun.
Ya Allah, hamba yakin Engkau tidak butuh kunci itu. Sedangkan hamba sangat membutuhkannya.
Ya Allah, Engkau Maha Baik, baik sekali, menyukai perbuatan baik, bantu hamba menemukan kunci itu wahai Engkau yang Maha Baik.
Ya Allah, hamba bukan hamba terbaik dan paling bertakwa sehingga menjadi sangat pede memaksa-Mu mewujudkan keinginan hamba. Tapi hamba yakin, Engkau selalu menjawab doa orang yang terdesak.
أمن يجيب المضطر إذا دعاه
“Siapakah yang mengabulkan permintaan orang yang terdesak ketika meminta-Nya,”
Keesokan harinya, saya menemui Anshor Baking, seorang kawan. Alhamdulillah, darinya ada saran untuk menemui Pak Aziz, seorang tetangga yang juga dikenal jago mekanik. “Insya Allah mesin bisa dihidupkan asal kabel kontaknya tersambung,” jelasnya singkat.
Dapat penjelasan di atas, berharap segera ada solusi, saya langsung mencari Pak Aziz yang dimaksud. Khawatir kalau mobil kelahiran 1987 itu kelamaan tidak dihidupkan, bisa muncul masalah baru yang tak terduga.
“Iya, coba saya lihat dulu,” kata Pak Aziz mantap.
“Iya, Pak. Bisa dilihat. Pintunya terbuka kok,” jawabku.
Terlihat di raut mukanya reaksi heran, kunci mobil hilang tapi pintunya bisa dibuka, kok bisa ya. Dalam hati bergumam “Itulah hebatnya mobil tua.”
Sesampai di mobil, Pak Aziz coba langsung gerakkan setirnya. “Wah, setirnya terkunci. Tidak bisa ini,” ucapnya ringan.
Saya berusaha tenang. Tapi hati ini kembali bergumam, “Sudahlah, siapkan aja 600.000 rupiah,” Ah, tentu pengeluaran segitu bukan nominal kecil di akhir bulan, seperti sekarang.
Tiba-tiba Pak Aziz terlihat seperti mendapat ide.
“Coba pakai kunci mobil saya. Biasanya mobil tua itu cocok pakai kunci sembarang.” Kunci yang dipegangnya segera dimasukkan ke lubang starter. Tangannya menggerakkan kunci itu sedikit, dan akhirnya mobil Forsa meraum kencang.
Alhamdulillah, mesin Forsa menyala seperti biasa..
Sebelum pergi, Pak Aziz bilang, “Pakai aja kunci ini, saya masih ada serepnya di rumah,”
Alhamdulillah, Alhamdulillah, tsumma Alhamdulillah.
Ternyata Allah punya cara terindah untuk mengembalikan kunci itu. Dari arah yang tidak kusangka-sangka. Secara hitung-hitungan manusiawi matematis, untuk bisa menghidupkan mesin mobil harus merogoh kocek minimal Rp. 600.000. Tapi kalau Allah berkehendak, Rp 600.000 bisa diturunkan, tidak tanggung-tanggung, turun jadi Rp 0 rupiah.
Allahu Akbar. Dia Maha Kaya. Dia Maha Baik. Dia selalu punya kejutan buat hamba yang selalu berprasangka baik kepadaNya.
Ya Allah aku ridha Engkau sebagai Tuhanku. Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku.*
Seperti dikisahkan LH, pengajar di Kaltim, kepada Masykur