SEORANG polisi tengah berjaga di sekitar Bendungan Leuwi Pogor, Sungai Cikindul. Tiba-tiba saja ia melihat seorang warga yang hanyut di sungai itu. Dirinya pun terpanggil untuk menyelamatkannya.
Namun, Kamis (26/11/2015) siang itu, niat baiknya membantu orang lain malah menimbulkan resiko kematian bagi dirinya. Begitulah yang dialami oleh AKP Muhammad Mukhlis (ada yang menulis Muchlis).
Komandan Kompi Brimob Subdetasemen 3 Cipanas, Cianjur itu berpulang ke Rahmatullah, setelah berupaya menyelamatkan seorang warga, Jamaluddin (28). Warga tersebut hanyut di bendungan yang terletak di Kampung Cipurut, Desa Cijagan, Kecamatan Cikalong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat itu.
Kepergian Mukhlis, selain bagi jajaran Brimob, juga meninggalkan duka tersendiri bagi Ustadz Arifin Ilham. Pendiri Majelis az-Zikra, Sentul, Bogor ini rupanya cukup dekat dengan almarhum. Sang ustadz pun menyampaikan belasungkawanya.
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roojiuun. Sesungguhnya kita semua milik Allah dan semua kita akan kembali kepada Allah. AKP Mukhlis adalah anggota Brimob yang selalu hadir dzikir bersama keluarga beliau, (istri beliau seorang mualaf) dan sekaligus beliau komandan koordinasi setiap Taushiyah Zikir Akbar di Masjid az-Zikra Sentul,” ungkap Arifin Ilham di fans page facebook resminya, Kamis malam.
Ia menceritakan, dalam upayanya menolong warga yang tenggelam, Mukhlis berhasil mendorong dan menolong orang itu ke tepi sungai yang berarus deras. Namun, tuturnya, Mukhlis malah terbawa arus hingga Allah wafatkan.
“Para sahabat yang menyaksikan beliau sempat mendengar almarhum bertakbir berkali-kali. Allahu Akbar! Memang, almarhum hamba Allah yang selalu berdzikir terutama setiap hari dengan wirid al-Asmaaul Husna,” tulis Arifin Ilham.
Ia mengaku, setiap mengajak Mukhlis dalam dakwah, almarhum bersama para anggotanya selalu turut mengumandangkan Asmaaul Husna.
Suatu ketika, Mukhlis pernah menyampaikan ke Arifin Ilham, betapa bahagianya ia diikutsertakan sebagai petugas keamanan setiap Zikir Akbar sang sutadz. Di sisi lain, Mukhlis kepada Arifin Ilham mengaku ada perasaan berat setiap bertugas menjaga para demonstran.
Arifin Ilham lantas bertanya, mengapa ia bisa merasakan kebahagiaan itu? “(Karena) Mukhlis sayang semua pak ustadz” jawab Mukhlis seperti ditirukan Arifin Ilham.
“Subhanallah, justru seperti Muhklis-lah yang dibutuhkan rakyat ini; sabar, santun, lembut, amanah tetapi tetap tegas!” timpal Arifin Ilham kepada Mukhlis kala itu.
Semoga Syahid
Berdasarkan informasi yang dihimpun hidayatullah.com, insiden itu terjadi saat Mukhlis dan sejumlah anggotanya sedang bertugas mengamankan kegiatan arung jeram di Sungai Cikindul.
Tiba – tiba saja, sekitar pukul 09.00 WIB, Jamaludin yang tengah menyeberangi sebuah jembatan di atas bendungan sungai tercebur akibat terpeleset. Ia pun berteriak meminta pertolongan, lantas tenggelam terbawa arus.
“AKP Muchlis dan satu anggotanya, Bripda Prento (Anggota Brimob Subden 3 Cipanas) dengan sigap segera terjun ke bendungan atau sungai untuk menyelamatkan warga yang tenggelam itu. Akan tetapi dalam prosesnya AKP Muchlis dan Bripda Prento ikut tenggelam juga,” terang Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kombes Sulistyo Pudjo Hartono, seperti dikutip kompas.com, Kamis (26/11/2015).
Polisi lainnya pun bergegas menolong mereka. Namun nyawa Mukhlis tak tertolong. Sementara Prento dan Jamaludin dapat diselamatkan dalam kondisi kritis. Tim Dokkes lantas membawa korban ke RSUD Cianjur. Jenazah Mukhlis dibawa ke Mako Subden 3 Cipanas untuk disemayamkan.
Beberapa saat kemudian, jenazah diberangkatkan ke Bogor untuk dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) dekat rumah duka, Perum Villa Bogor Indah Pelican Blok CE 13 Nomor 8, Bogor.
Proses pemakaman secara militer dimulai sekitar pukul 17.00 WIB. Arifin Ilham turut melayat sekaligus memimpin doa dalam pemakaman Mukhlis. Menurut Sulistyo seperti dikutip liputan6.com, almarhum ikut tenggelam diduga karena arus air yang cukup besar.
Menurut Arifin Ilham, Mukhlis adalah polisi shaleh yang mulia; rela mengorbankan dirinya tenggelam demi menyelamatkan warga tersebut. Sungguh, katanya, negeri ini sangat merindukan polisi shaleh seperti almarhum tercinta yang sayang pada rakyatnya karena Allah.
Ustadz yang populer dengan dzikirnya itu lantas mengutip sebuah sabda Rasulullah yang diriwayatkan Imam Muslim, “Siapa yang terbunuh di jalan Allah, dia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah dia syahid, siapa yang mati karena wabah penyakit Tha’un, dia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, dia syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid.”
Arifin Ilham pun menyebut almarhum sebagai anggota polisi yang rendah hati, murah senyum, penyayang, dermawan serta selalu menjaga wudhu. Mukhlis juga disebutnya selalu berjamaah dan aktif dalam kepengurusan masjid.
Semoga, tambah Arifin Ilham, almarhum diterima Allah sebagai syuhada, diampuni seluruh dosanya, diberi hikmah kesabaran untuk keluarganya, dan Allah masukkan ke dalam Syurga-Nya.
Dalam postingannya di media sosial itu, ia menurutkan tiga buah foto bersama Mukhlis dan rekan-rekannya di sejumlah lokasi berbeda. Meski dari ketiga foto itu tak ada penjelasan mana polisi yang bernama Mukhlis, namun ada satu sosok polisi yang terlihat selalu berdampingan dengan Arifin Ilham.
“(Itu) foto tiga minggu lalu bersama almarhum. Abang (saya. Red) menulis ini setelah ta’ziyyah imam shalat jenazah di rumah almarhum yang sangat sederhana. Selamat jalan menuju keridhaan Allah, duhai sahabatku, duhai polisi yang shaleh. Doa kami selalu menyertai Abang Mukhlis. Aamiin!” tutup Arifin Ilham.*