HARI masih gelap. Jalan raya masih sepi. Pria itu sudah berjibaku mendorong roda duanya. Udara memang masih segar, tenaganya pun masih bugar. Tapi sampai kapan ia harus mendorong sepeda motornya yang berat itu…
Pikiran itu berputar-putar di kepalanya.
Hari itu, sebuah ‘insiden’ terjadi di luar dugaan dan perencanaan. Sebenarnya, sejak kemarin, Lukman, pria tersebut, sudah mensiagakan diri. Dapat tugas berdakwah di sebuah tempat di kawasan perkotaan.
Materi ceramah sudah siap. Pakaian pun lengkap. Pagi dinihari, ia memacu roda duanya, membelah dinginnya udara di kawasan Kelurahan Teritip. Agenda dakwah berlangsung pada pagi hari.
Baru beberapa kilometer meninggalkan kawasan perbatasan timur Kota Balikpapan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, itu, tiba-tiba sepeda motornya berjalan pelan, lalu tersendat, akhirnya berhenti.
Kendaraannya mogok di kawasan Kelurahan Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur.
Padahal, perjalanan masih jauh. Belum juga setengahnya yang dilalui. Sementara pagi itu ia harus segera hadir mengisi sebuah acara.
Masya Allah!
Sebagaimana manusia biasa, ia kaget dan dibuat cukup kalang kabut mendapat ujian di luar skenario itu.
Baca: Pertolongan Allah terhadap Ulama dari Kedzaliman Penguasa
Wajar saja. Di pagi buta itu, belum ada penjual bahan bakar minyak (BBM) eceran yang buka. Pom bensin resmi apalagi, lokasinya begitu jauh, berkilo-kilo meter. Ia tengok kanan-kiri, depan belakang, di sekitarnya, betul-betul tidak ada.
Sementara ia harus segera berangkat. Tidak mungkin rasanya mendorong kuda besi itu berkilo-kilo meter. Tak mungkin juga ia harus menunggu pagi terang hingga kios-kios BBM pada buka.
La haula wala quwwata illa billah.
Tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah. Tiada tempat bergantung kecuali hanya kepada Allah.
Lukman tak henti berdoa kepada Sang Maha Kuasa, sambil berharap agar segera dapat bensin. Yang paling memungkinkan, cuma Allah memberinya pertolongan di pagi nan gelap itu.
Belum lama mendorong sepeda motor, tiba-tiba ia mendengar suara klakson dari sebuah “taxi”, sebutan untuk angkutan umum kota (angkot) di Balikpapan.
“Tiit, tiit, tiit, tiiiit!”
Berkali-kali suara klakson dibunyikan.
Lukman sempat menoleh, mencoba memastikan siapa gerangan yang diklaksonin supir angkot itu. Jangan-jangan Lukman yang dipanggil, mungkin supir itu tahu kalau Lukman kehabisan bensin, lalu menawarinya agar naik angkot saja. Tapi dugaan itu belum tentu benar.
Sementara memutar dugaan, supir tadi terus saja membunyikan klakson.
“Tiit, tiit, tiit, tiiiit!”
Lukman berhenti, memperhatikan situasi. Rupanya angkot tersebut sedang berhenti di depan sebuah rumah. Tampaknya seseorang dalam rumah itu sedang ditunggu. Apakah penghuni rumah itu mau ikut angkot pergi ke pasar atau ke kota? Ataukah bagaimana? Sekelebat pikiran itu hadir di benak Lukman, dengan berharap ada pertolongan Allah di balik klaksonan angkot tersebut, –bagaimana pun caranya.
Ia cermati terus. Setelah berkali-kali diklaksoni, pintu rumah tadi terbuka. Lalu keluarlah seseorang dari dalam. Dari sinilah pertolongan itu betul-betul hadir kemudian.
Apa yang terjadi?
Rupanya, supir angkot tadi memanggil si empunya rumah, karena sang supir juga membutuhkan BBM, sama seperti Lukman. Supir tadi pun membeli dan mengisi BBM ke angkotnya.
Lalu, seperti yang bisa ditebak, Lukman tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera melipir mengisi kendaraan tangki nya yang sedari tadi kehausan.
“Alhamdulillah!” Lukman mengungkapkan rasa syukurnya saat bercerita dengan hidayatullah.com, penghujung Ramadhan 1440H, awal bulan 6 tahun 2019 lalu.
Dai yang juga seorang dosen ini pun segera memacu sepeda motornya ke arena dakwah. Umat segera menunggunya.
Dari kejadian nyata yang dialaminya itu, pria berkeluarga ini semakin yakin bahwa Allah akan selalu menolong hamba-Nya yang berserah diri kepada-Nya, apalagi yang berjuang fii sabilillah.*