Hidayatullah.com– Kementerian Perindustrian mendorong industri farmasi nasional untuk menciptakan produk biofarmasi dengan memanfaatkan sumber bahan baku alam, mengingat potensi besar yang ada di dalam negeri.
Upaya ini seiring dengan langkah strategis dalam menerapkan revolusi industri 4.0 di Indonesia sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku impor berbasis kimia.
“Ke depan, biofarmasi akan menjadi solusi. Untuk itu, kita harus bisa mengoptimalkan kekayaan hayati yang kita miliki. Selanjutnya, riset dan pengembangan yang lebih intens juga harus terus dilakukan,” ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Pembukaan Pameran Industri Farmasi, Kosmetik dan Jamu di Plasa Pameran Industri, Jakarta, Selasa (10/07/2018) dalam siaran persnya.
Baca: GP Farmasi: Industri Perlu Terus Berinovasi soal Bahan Baku Alam
Menurut Menperin, guna memacu tumbuhnya inovasi produk di sektor industri, pemerintah tengah memfasilitasi pemberian insentif.
“Kemarin, ketika rapat terbatas dengan Bapak Presiden, salah satu yang akan didorong adalah biofarmasi. Jadi, daya saing industri ini akan dipacu dengan menciptakan subsitusi impor dan membangun pabrik bahan baku obat di Indonesia,” ujarnya.
Kemenperin mencatat, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional tumbuh sebesar 6,85 persen pada tahun 2017. Sedangkan, industri bahan kimia dan barang kimia termasuk di dalamnya industri kosmetik dan bahan kosmetik mengalami pertumbuhan sebesar 3,48 persen.
“Industri tersebut pada tahun lalu diketahui memiliki kontribusi sebesar Rp 67 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) Tanah Air,” ungkap Airlangga.
Penyelenggaraan Pameran Industri Farmasi, Kosmetik dan Jamu tahun 2018 diikuti sebanyak 45 peserta yang terdiri dari 22 perusahaan farmasi, 10 perusahaan jamu, dan 13 perusahaan kosmetik. Selain itu, dua balai besar milik Kemenperin.
Tujuan ajang yang berlangsung pada 10-13 Juli 2018 ini adalah mempromosikan produk industri farmasi, kosmetik, dan jamu yang telah berkualitas dan sesuai standar agar dapat memperluas pasarnya baik di domestik maupun eskpor.
Menperin meyakini, Indonesia merupakan pasar yang cukup besar dan menjanjikan bagi produsen farmasi, kosmetik, dan jamu seiring meningkatnya jumlah populasi penduduk.
“Dengan perkembangan zaman sekarang, industri kosmetik juga memperluas target konsumennya, tidak hanya menyasar kaum wanita saja,” tuturnya.
Kemudian, adanya tren masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature) membuka peluang bagi produk jamu dan kosmetik berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari Bali.
“Produk-produk spa ini cukup banyak diminati wisatawan mancanegara. Dengan penguatan branding yang baik, diharapkan produk kosmetik nasional ke depannya dapat mencapai kesuksesan seperti produk-produk kosmetik dari luar negeri,” imbuhnya.*