Hidayatullah.com–Kadar asam lemak jenuh yang tinggi dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam tubuh wanita dengan berat badan berlebih.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal PLoS One, Rabu (18/8), menyarankan agar para wanita obesitas sebaiknya mengatasi lebih dahulu masalah lemak yang menimbun di tubuhnya, sebelum berusaha untuk hamil.
Dalam indung telur wanita dengan berat badan berlebih dan pengidap diabetes sering ditemukan asam lemak jenuh dalam kadar yang tinggi. Padahal lemak jenuh ini dapat merusak embrio atau mengganggu pertumbuhan janin yang tertanam di rahim ibu.
Para peneliti dari Inggris, Belgia dan Spanyol, meneliti sel telur sapi yang terpapar asam lemak jenuh dalam kadar tinggi. Hasilnya menunjukkan, sel telur yang telah dibuahi itu mengalami sejumlah keganjilan, seperti jumlah sel yang lebih sedikit dibanding sel telur yang tumbuh normal.
Menurut para ilmuwan tersebut, meskipun mereka meneliti sel telur sapi, namun temuan itu dapat menjelaskan mengapa wanita yang mengalami obesitas atau menderita diabetes tipe 2 seringkali harus bersusah payah untuk dapat hamil dan mempertahankan kehamilannya.
Tubuh orang-orang penderita obesitas atau diabetes tipe 2 cenderung mengalami penyimpangan metabolisme, di mana tubuh mengolah lebih banyak lemak yang dimilikinya yang berakibat pada peningkatan kadar asam lemak jenuh di indung telur. Penelitian menunjukkan, asam lemak jenuh dapat meracuni telur sebelum ovulasi.
“Kami mengetahui dari penelitian sebelumnya bahwa kadar asam lemak yang tinggi dapat mempengaruhi perkembangan telur dalam indung, tapi ini untuk pertama kalinya kami bisa menelusuri secara seksama untuk menunjukkan dampak negatif pada janin yang terbentuk,” kata Jo Leroy dari Universitas Antwerp yang memimpin penelitian itu.
Leroy dan kawan-kawan melakukan tes pada embrio berumur delapan hari setelah pembuahan, saat di mana mereka berada dalam fase blastocysts yang memiliki 70 hingga 100 sel.
“Saat telur-telur terpapar asam lemak yang tinggi, embrio yang terbentuk menunjukkan peningkatan metabolisme asam amino dan penyimpangan konsumsi oksigen, glukosa serta laktat–yang semuanya menunjukkan adanya kecacatan pada regulasi metabolisme dan mengurangi kemampuan embrio untuk tetap hidup,” kata Roger Sturney, salah satu peneliti asal Universitas Hull, Inggris.
Disamping itu di dalam embrio ditemukan sejumlah gen yang berhubungan dengan stres pada sel, yang menunjukkan bahwa embrio itu tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk bertahan atau tumbuh secara normal.*