Hidayatullah.com–Penelitian tentang minuman alkohol (minuman keras) yang dilakukan di 195 negara menunjukkan angka 2,8 juta kematian prematur di seluruh dunia setiap tahunnya. Penelitian membuktikan tidak ada angka aman bagi alkohol, kutip DW.
“Tidak ada takaran alkohol yang aman,” ujar Max Griswold, peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation di Seattle, Washington dan penulis utama konsorsium riset yang terdiri dari lebih dari 500 ahli.
Padahal penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jika hanya minum sedikit alkohol, itu bisa mengurangi penyakit jantung. Studi baru ini mematahkan studi sebelumnya.
“Efek perlindungan alkohol seimbang dengan risikonya,” demikian penjelasan Griswold kepada AFP dalam meringkas hasil studinya, yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.
“Secara keseluruhan, risiko kesehatan yang terkait dengan alkohol meningkat sejalan dengan jumlah yang dikonsumsi setiap hari.”
Baca: Riset GeNAM: 14 Juta Remaja Indonesia Pernah Konsumsi Miras
Peneliti memperkirakan satu gelas sehari meningkatkan risiko semakin berkembangnya penyakit sebesar 0,5 persen. Rata-rata dua minuman per hari, risikonya melesat hingga 7 persen.
“Itu adalah kematian yang seharusnya bisa dihindari,” kata penulis senior Emmanuela Gakidou, seorang profesor di Universitas Washington dan seorang direktur di Lembaga Metrik dan Evaluasi Kesehatan kepada AFP.
“Selalu ada jeda antara penerbitan bukti baru dan modifikasi serta adopsi pedoman yang direvisi,” kata Gakidou, yang mengaku “sesekali” ia juga minum akhokol.
“Bukti menunjukkan apa yang ditunjukkan dari bukti tersebut, dan saya – seperti 2,4 miliar orang lain di planet ini yang juga mengonsumsi alkohol – perlu menanggapinya dengan serius,” tambahnya.
Risiko alkohol
Minum alkohol menjadi faktor risiko utama ketujuh dalam kasus kematian dini dan penyakit pada tahun 2016. Terhitung lebih dari dua persen kematian pada perempuan dan hampir tujuh persen pada pria disebabkan oleh alkohol.
Enam faktor pembunuh teratas adalah tekanan darah tinggi, merokok, berat badan rendah saat lahir dan kelahiran prematur, gula darah tinggi (diabetes), obesitas dan polusi.
Tetapi pada kelompok usia 15-49 tahun, alkohol muncul sebagai faktor yang paling mematikan dan bertanggung jawab atas lebih dari 12 persen kematian di antara para pria, demikian temuan studi tersebut .
Penyebab utama kematian terkait alkohol dalam kelompok usia ini adalah tuberkulosis, cedera di jalan dan “menyakiti diri sendiri”, terutama bunuh diri.
Profesor Robyn Burton dari King’s College London, yang tidak ambil bagian dalam studi itu, menggambarkannya sebagai “perkiraan paling komprehensif dari beban global penggunaan alkohol hingga saat ini.”
Baca: Setahun Penerapan Peraturan Alkohol Kekerasan di Sidney Turun
Memicu Penyakit
Hasil riset terbaru WHO tunjukkan fakta, konsumsi di atas 15 liter alkohol murni per tahun, memicu munculnya lebih 200 penyakit kronis diantarnya kanker dan sirosis hati. Setiap tahunnya lebih 3,3 juta orang meninggal sebagai dampak konsumsi minuman beralkohol berlebihan. Juara menenggak alkohol sedunia adalah warga Belarusia (17,5 liter) dan Rusia (15,1 liter) biasanya berupa minuman keras vodka.
Paling banyak di Denmark
Di antara pria, peminum alkohol pada tahun 2016 paling banyak tersebar di Denmark (97 persen), diikuti oleh Norwegia, Argentina, Jerman, dan Polandia (94 persen).
Di Asia, pria Korea Selatan memimpin, dengan 91 persen minum akohol paling tidak sesekali.
Di antara perempuan, Denmark juga menempati peringkat pertama (95 persen), diikuti oleh Norwegia (91 persen), Jerman dan Argentina (90 persen), dan Selandia Baru (89 persen).*