“Syubbanul Yaum Rijalul Ghaad”, Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Inilah empat profil pemuda Muslim unggulan
Hidayatullah.com | KRIMINALITAS atau tindak kejahatan yang diberitakan di media massa yang umumnya dilakukan remaja di sebuah daerah menjadi hal yang paling disorot oleh masyarakat pada umumnya. Jika kita mendengar, menonton, atau membaca kriminal yang dilakukan oleh seorang remaja, mungkin itu hanyalah secuil fakta dari ratusan tindak kriminal yang dilakukan oleh pemuda atau remaja bangsa.
Tindak kejahatan yang melanda negeri ini, semakin meningkat dan seolah belum menemukan solusi. Realitas tersebut makin menambah deretan keprihatinan dan kecemasan dari segenap lapisan masyarakat. Sebagian masyarakat bahkan mungkin memicingkan mata terhadap sosok pemuda, mereka hanya dianggap sebagai pembuat onar yang meresahkan masyarakat.
Sejatinya, berbicara tentang pemuda menjadi sesuatu yang menggairahkan. Pemuda adalah sosok ideal dengan segudang mimpi dan punya semangat berkobar.
Pemuda sangat berpotensi tumbuh dengan sempurna. Padanya terdapat ketegasan dan keberanian, mampu menyingkirkan segala yang merintangi tekadnya.
Ilmu yang dimiliki dikatakan mampu menentukan masa depan sebagaimana kreativitasnya melahirkan berbagai prestasi dan apresiasi. “Nikmati saja hidup ini mumpung masih muda,” terkadang kalimat itu tercetus dari mulut seseorang.
Tak sedikit manusia lalu membenarkan ucapan tersebut. Mereka berpikir, mengapa harus susah payah bersekolah dan kuliah, jatah hidup kan juga masih lama.
“Buat apa susah memikirkan pelajaran, nikmati saja masa muda. Jika tua belum tentu bisa sebebas dan sebahagia ini!”
Untuk itu, kebanyakan dari mereka lalu menjadikan pergaulan bebas menjadi hal yang seolah wajib dicicipi sebelum usia semakin bertambah. Asumsi di atas tentu tak baik ditiru bagi pemuda muslim.
Sebab hanya Allah Subhanahu Taala kapan ajal manusia tiba. Bagi seorang muslim masa muda adalah memperbanyak amalan benih kebaikan. Mengukir prestasi sebanyak harvaknya dengan memanfaatkan peluang sebaik-baiknya.
“Syubbanul Yaum Rijalul Ghaad.” Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Ungkapan tersebut merupakan sugesti istimewa yang patut disandarkan pada sosok penuta muslim. Perannya sebagai khalifah di muka bumi menjadi bukti dan potensi besar itu.
Pemuda di sekitar Nabi
Sejarah mencatat kemajuan dan kemenangan agama Islam tak lain diawali oleh semangat jihad sahabat yang notabene adalah pemuda-pemuda di belakang komando Rasulullah ﷺ disebutkan bahwa jiwa muda para sahabat ketika itu menyatu dalam gelora jihad menjemput janji-janji Allah.
Ada sederet nama pemuda yang bisa disebut dalam sejarah peradaban Islam. Sebut misalnya, Ali ibn Abi Thalib, Abdullah Ibn Abbas, Abdullah Ibn Umar, Usamah Ibn Zaid dan lain sebagainya.
Juga ada Umar Ibn Abdul Aziz (Gubernur muda Hijaz), Ibn Sina (dokter Muslim yang disebut menguasai berbagai cabang ilmu saat usianya baru menginjak 18 tahun), dan tentunya ada Muhammad al Fatih, pemuda 21 tahun yang berhasil mewujudkan bisyarah kabar gembira Rasulullah dengan menaklukkan Konstantinopel ketika itu.
Sebagai panduan hidup umat Islam, Al-Quran mengumpulkan kisah sekaligus profil dan kriteria karakter pemuda Muslim unggulan. Beberapa antaranya adalah sebagai berikut;
Pertama: Memiliki keimanan yang teguh
نَّحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِٱلْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ ءَامَنُوا۟ بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَٰهُمْ هُدًى
“Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Karni tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS: Al-Kahfi [18]:13).
“Tak ada sesuatu yang membahagiakan jiwa, membersihkannya, menyucikannya, membuatnya bahagia, dan mengusir kegundahan darinya, selain keimanan yang benar kepada Allah, Rabh semesta alam, Kehidupan akan terasa hainbar tanpa iman,” kata Dr ‘Aidh al-Qarni dalam La Tahzan.
Keimanan yang teguh akan menahan seseorang dari perkara maksiat. Meski dengan ujian yang akan menjadikan manusia lulus seleksi pada level selanjutnya. Keimanan itu harus dipupuk dengan memperbanyak amalan. Jika amalan tak dilakukan, iman menjadi rasang tak terawatt.
Kedua: Melawan hawa nafsu
وَرَاوَدَتۡهُ الَّتِىۡ هُوَ فِىۡ بَيۡتِهَا عَنۡ نَّـفۡسِهٖ وَغَلَّقَتِ الۡاَبۡوَابَ وَقَالَتۡ هَيۡتَ لَـكَؕ قَالَ مَعَاذَ اللّٰهِ اِنَّهٗ رَبِّىۡۤ اَحۡسَنَ مَثۡوَاىَؕ اِنَّهٗ لَا يُفۡلِحُ الظّٰلِمُوۡنَ
“Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, “Marilah mendekat kepadaku.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang yang zhalim itu tidak akan beruntung.”(QS: Yusuf: 23).
Kisah Nabi Yusuf selayaknya menjadi panutan bagi pemuda Muslim. Yusuf memberi pelajaran bahwa melawan hawa nafsu dan menjaga kehormatan itu dilakukan dengan cara meminta perlindungan kepada dan bersikap baik terhadap orang lain.
Perang melawan hawa nafsu adalah jihad yang berat. Di antara cara mengusir hawa nafsu adalah dengan selalu melakukan kariatan yang bersifat positif. Rasa malas atau keinginan yang batil sudah seharusnya terenyahkan dari sosok pemuda muslim.
Ketiga: Giat dalam menuntut ilmu
وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut; atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.” (QS: Al Kahfi: 60)
Ayat selanjutnya menceritakan: “Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hambahamba Kami, yang telah kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.”
Hingga akhirnya ia bertemu dengan Nabi Khidir, inilah yang dimaksud dalam ayat tersebut. Kegigihan Musa untuk bertemu dengan orang yang berilmu hingga rela melakukan perjalanan jauh patut menjadi karakter pemuda muslim.
Ilmu merupakan cahaya dan kebutuhan yang tak bisa diabaikan meski harus bersusah payah mendapatkannya. Dengan ilmu, seorang pemuda bisa berinovasi dan membawa kemajuan bagi diri dan lingkungannya.
Ilmu bermanfaat bisa menjadi problem solver dalam mengurai menuntaskan setiap persoalan manusia. Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya kebutuhan manusia terhadap ilmu melebihi kebutuhannya pada makanan dan minuman. Makanan dan minuman hanya dibutuhkan sekali atau dua kali dalam sehari, namun ilmu diperlukan dalam setiap tarikan nafas seseorang.”
Keempat: Memerangi kebathilan
فَجَعَلَهُمْ جُذَٰذًا إِلَّا كَبِيرًا لَّهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ
قَالُوا۟ مَن فَعَلَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَآ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
قَالُوا۟ سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبْرَٰهِيمُ
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim”. Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim”. (QS: al-Anbiya: 58-60)
Ibrahim muda dengan sifat heroiknya mampu melakukan perlawanan terhadap pembesar-pembesar kaumnya saat itu. Dakwah dengan lisan saja menurutnya tak cukup, maka ia mengumpulkan keberaniannya untuk menghancurkan berhala-berhala yang selama ini menjadi sesembahan kaumnya.
Aksi tersebut telah membuat orang-orang di sekitarnya tercengang, bagaimana mungkin seorang pemuda bisa melakukan hal seperti ini. Akhirnya kaumnya marah dan menghukum Ibrahim, uniknya, Ibrahim ternyata tidak gentar dengan ancaman itu semua.
Profil Ibrahim yang memiliki sikap keberanian dalam menyampaikan kebenaran harus ditanamkan dalam diri setiap pemuda muslim. Hendaknya para pemuda berperan aktif dalam memperbaiki kerusakan yang terjadi di negeri ini.
Pemuda menjadi problem solver dan bukan sebaliknya, sebagai problem maker. Sudah saatnya para pemuda muslim tandang ke gelanggang dan terjun langsung ke kancah dakwah secara riil.
Tunjukkan pada dunia, bahwa pemuda akan mewujudkan harapan bagsa dan agama. Amanah besar sebagai seorang khalifah dan abdullah hanya bisa ditunaikan dengan dakwah. Dakwah lisan, tulisan (bil qalam), ataupun dengan prilaku (adab).
Pemuda, ialah sosok yang istimewa,
la menjadi harapan bangsa dan agana
Amanah besar terpikul di pundaknya,
Maka, Wahai pemuda,
Jagalah kepercayaan para orang tua,
Tundukkan nafsu yang membuta,
Perangi kebathilan yang semakin menyala,
Taklukkan dunia dan seisinya,
Demi tegaknya keadilan untuk kebaikan bersama.*/ Be a Gread Muslim, (GuePedia, 2020)