ABU HASAN AL WALWALIJI pada tahun 440H, menjenguk Abu Raihan, seorang ahli falak dan sastrawan di zaman itu. Ulama ini sakit keras di tengah usianya yang mencapai 78 tahun. Kala itu nafasnya terdengar mengorok di tenggorokan dan beliau terlihat susah bernafas. Dalam keadaan demikian, beliau mengatakan kepada Al Walwaliji,”Apa yang pernah engkau katakan kepadaku pada suatu hari, mengenai pembagian jaddat fasidah (nenek dari jalur ibu)?”
”Apakah dalam kondisi seperti ini pantas (membahas hal itu)?” Jawab Al Walwaliji, menaruh belas kasihan. ”Wahai Al Walwaliji, saya meninggalkan dunia dalam keadaan mengetahui masalah ini, lebih baik daripada saya meninggalkannya dalam keadaan jahil terhadapnya.”
Akhirnya Al Walwaliji mengulangi apa yang pernah beliau sampaikan sebelumnya. Dan Abu Raihan pun menghafalnya. Tidak lama kemudian, Al Walwaliji keluar, dan saat di jalan beliau mendengar teriakan. Ternyata Abu Raihan telah wafat. Rahimahullah Ta’ala. (Mu’jam Al Udaba`, 17/181,182).
Demikianlah para ulama dalam mencari ilmu. Meski menjelang ajal tiba, semangat mencari ilmu tidak pernah padam./Hidayatullah.com