IMAM AL BUKHARI adalah seorang hafidz Al Hadits yang cukup masyhur. Sehingga, saat beliau tiba di Bagdad para ulama hadits ingin menguji hafalan beliau. Akhirnya mereka berkumpul dan bersepakat untuk menguji Imam Al Bukhari dengan 100 hadits yang masing-masing sanadanya ditukar satu sama lain. Dan 100 hadits tersebut dibagi untuk sepuluh orang, hingga masing-masing menguji Imam Al Bukhari dengan 10 hadits.
Setelah ada kesepakatan dengan Imam Al Bukhari dalam sebuah majelis hadits para penguji itu pun bergabung. Dalam majelis yang dihadiri oleh ulama Baghdad dan Khurasan itu, masing masing menanyakan kepada Imam Al Bukhari,”Tahukah anda hadits begini dengan sanad begini?”
Imam Al Bukhari pun menjawab,”Saya tidak tahu”. Dan demikian juga jawaban Imam Al Bukhari terhadap seluruh penguji setiap mereka menyampaikan hadits yang sanad yang ditukar satu sama lain. Hingga seluruh hadits selesai ditanyakan.
Jawaban Imam Al Bukhari tersebut membuat para ulama saling memandang satu sama lain dan mengatakan,”Laki-laki ini paham”. Namun, orang yang tidak memahami masalah akan menilai bahwa Imam Al Bukhari tidak memahami. (Lihat, Hadyu As Sari, hal. 652)
Imam Al Bukhari menjawab semua pertanyaan dengan ungkapan “tidak tahu” karena beliau mengetahui benar bahwa hadits-hadits dengan sanad yang ditukar itu tidak pernah beliau jumpai karena memang susunan sanadnya yang benar tidaklah seperti yang disampaikan para penguji. Jawaban Imam Al Bukhari,”tidak tahu” justru menunjukkan beliau adalah orang yang tahu menurut para ulama.
Walhasil, bisa jadi orang jahil menilai para ulama sebagai orang bodoh karena ia tidak mengetahui hakikat ilmu. Dan hal ini tidaklah membahayakan ulama, karena orang yang alim (pandai) tetap saja mengetahui bahwa para ulama itu adalah orang yang pandai meski dituduh sebagai orang-orang bodoh oleh orang yang jahil.