ABU MUSLIM AL KHAULANI suatu saat diberi tahu oleh istri beliau,”Wahai Abu Muslim, kita tidak memiliki tepung lagi.” Abu Muslim membalas,”Apa yang kamu miliki sekarang?” Sang istri pun menjawab,”Ada satu dirham untuk membeli kain.” Abu Muslim pun meminta uang itu sekaligus sebuah karenjang lalu beliau pun berangkat ke pasar.
Saat berada di depan sebuah toko makanan, seorang peminta-minta memohon,”Wahai Abu Muslim, bersedekahlah untuk saya.” Kemudian Abu Muslim pindah ke toko lainnya, namun si peminta-minta masih mengikutinya dan meminta sedekah. Abu Muslim pun menghindar dan pindah ke toko lainnya, namun pengemis itu masih mengikuti dan meminta. Akhirnya, beliau memberikan uang satu dinar yang dimilikinya itu.
Akhirnya, tidak ada uang yang bisa dibelikan makanan saat itu, sampai akhirnya Abu Muslim memenuhi keranjangnya dengan pasir dan bebatuan dan menutupinya. Saat tiba di depan pintu rumah, Abu Muslim lalu mengetuk pintu, kemudian saat pintu terbuka beliau segera beranjak pergi untuk menghindar dari kemarahan sang istri dan meletakkan begitu saja keranjang itu.
Setelah malam hari, Abu Muslim baru kembali pulang. Setelah dibukakan pintu, sang istri pun menghidangkan roti kepadanya. Abu Muslim pun bertanya,”Dari mana engkau mendapatkan ini?” Sang istri pun menjawab,”Dari tepung yang engkau bawa pulang tadi.” Abu Muslim pun memakan roti itu sambil menangis (Shifat Ash Shafwah, 4/179).*