QADHI NUH BIN MARYAM adalah pemimpin sekaligus qadhi di Marwa yang memiliki putri yang sangat cantik. Karena kecantikan sang putri maka banyak tokoh dan pembesar yang ingin memperistrinya.
Di saat yang sama sang qadhi memiliki pembantu yang bertugas menjaga kebunnya. Hingga suatu saat Qadhi Nuh pergi ke kebun dan meminta kepada sang pembantu untuk dipetikkan anggur. Sang pembantu pun memberikan anggur yang rasanya masam, hingga Qadhi Nuh berkata,”Berikan anggur yang manis!” Sang pembantu pun memberikan anggur yang rasanya juga masam.
Sang Qadhi pun mulai mereasa jengkel,”Celakalah kamu! Engkau tidak tahu mana yang manis dan yang masam?” Sang pembantu pun menjawab,”Ya, akan tetapi Anda memerintahkan saya untuk menjaganya dan tidak memerintahkan untuk memakannya. Barang siapa tidak makan dia tidak tahu”.
Sang Qadhi pun merasa takjub dengan pernyataan sang pembantu, dan menilai bahwa sang pembantu memiliki sifat jujur dan amanah hingga akhirnya sang Qadhi memutuskan menikahkannya dengan putrinya. Dari pasangan pembantu dan putri qadhi itu, lahirlah Ibnu Mubarak, ulama besar yang dikenal dengan keshalihan dan keilmuannya. (An Nur As Safir, hal. 442).*