Hidayatullah.com | Ada seorang yang ahli wara’ bernama Sirriy As-Saqathiy. Beliau dikenal di masanya sebagai sosok yang sangat peduli terhadap masalah halal dan haram serta sangat kuat dalam ilmu tauhid.
Suatu hari, beliau bercerita tentang pengalamannya. “Sejak 30 tahun lamanya aku selalu beristighfar kepada Allah, memohon ampunan, karena ucapan ‘Al-Hamdulillaah,’ yang sekali saja itu.”
“Apakah ada yang salah dari ucapan yang baik itu, bukankah kalimat itu adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah yang memang wajib untuk kita tunaikan, mengapa engkau sampai harus meminta ampun?” Tanya seseorang.
Beliau mulai menceritakan di balik ucapan istighfar. “Suatu hari, terjadi musibah kebakaran di kota Baghdad. Ada seorang warga menyampaikan kabar kepadaku bahwa toko milikku selamat dari kebakaran itu. Aku pun spontan mengatakan, ‘Al-Hamdulillaah.’ Namun setelah mengucapkannya, di saat itu juga, aku merasa sangat menyesal sebab aku merasa hanya mementingkan kepentingan diri sendiri, sementara banyak orang lain yang rumahnya tidak selamat dari kebakaran tersebut.”*/Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil, dari kitab (Alfu Qishatin wa Qishshatun Min Qashashi Ash Ashalihiin Wa Ash Shalihaat Wa Nawaadir Az Zaahidiin Wa Az-Zaahidat)