PERNAH merasa salah memutuskan untuk menikah atau merasa salah menikahi seseorang?
Jangan merasa bahwa Anda adalah korban satu-satunya. Salah seorang kenalan yang sudah menikah dengan terus terang mengatakan bahwa yang menyenangkan dalam pernikahan itu cuma sedikit, nggak enaknya yang banyak.
Banyak hal yang menyebabkan seseorang merasa menyesal menikah dengan pasangannya. Rasanya dunia begitu menyedihkan dengan kehadirannya yang terlihat setiap hari. Akan tetapi, berapa banyakpun keluhan yang disampaikan, fokus subyek pencipta kesedihan itu tetaplah pada kata DIA.
Dia tak cukup saleh karena sulit sekali membuatnya bisa shalat di masjid . Dia tak pernah ber-muraja’ah bersama karena alasan sibuk. Dia sangat tidak peka (bahasa halus untuk kata malas) pada kerepotan pekerjaan rumah, dia tidak cantik saat berada di rumah, dia suka mengatur, baunya tak sedap…. Dia…dia…dia dan semua berfokus pada kata “dia”.
Jangan Marah
Semua rasa kecewa, sedih, atau kesal sekalipun, biarkanlah mengemuka dalam batasnya. Akan tetapi, jangan sampai semua rasa itu bertemu dengan satu hal ini: marah. Kemarahan akan memicu dendam yang bahkan bisa berujung pada peristiwa seperti yang terjadi di Montana, Amerika Serikat awal September 2013.
Jordan Lee Graham yang baru saja menikah dengan Cody Johnson selama satu pekan, tega membunuh suaminya. Ia melakukannya dengan cara mendorong punggung Johnson hingga jatuh terjerembab ke dalam jurang dengan posisi wajah yang pertama menyentuh tanah. Peristiwa ini terjadi di area Loop Trail, Glacier National Park, Montana, AS. Graham mengaku melakukan semua itu karena menyesal menikah dengan Johson.
Tragis bukan? Padahal pernikahan itu baru saja berlangsung selama sepekan dan kerabat sang suami seringkali mendengar luapan kebahagiaan sang suami atas pernikahan yang mereka langsungkan.
Marah apapun bentuknya, hanya akan membuat kita melupakan hal-hal terbaik yang pernah hadir. Marah membuat pikiran logis kita terhapus dan fakta-fakta dalam sekejap hancur berantakan. Marah juga akan membuat kita melakukan hal buruk bahkan membunuh.
Cobalah untuk menciptakan kebahagiaan dalam kondisi apapun yang kita hadapi. Ingatlah bahwa kebahagiaan bukan bicara tentang situasi yang kita hadapi. Akan tetapi kebahagiaan selalu bicara tentang apa yang ada dalam diri kita. Tentang apa yang kita pikirkan, tentang apa yang kita rasakan. Dalam situas terburuk sekalipun kita bisa tetap berbahagia.
Berdoa dan Bersyukur
Tentu, ini tak mudah. Membuat hati berdamai dan cukup tabah menjalaninya pun bukan perkara mudah. Oleh karena itu, berdoalah selalu untuk membuat segalanya lebih baik. Karena, yang berkuasa untuk membuat segala sesuatu lebih baik dan yang berkenan membolak-balikan hati, hanyalah Allah Subhanahu Wata’ala saja.
Sebagaimana Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;
فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنجِي الْمُؤْمِنِينَ
“Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS: Al-Anbiyaa[22]: 88)
Berdoalah dan ingatlah hal-hal terbaik yang dimiliki oleh pasangan. Seperti apapun sempurnanya pasangan kita, pasti dia tak akan pernah menyempurnakan keinginan kita. Karena, yang mampu menyempurnakan keinginan hanyalah rasa syukur. Maka, bersyukurlah dengan adanya dia disisi dan jangan menyerah untuk menjemput karunia Allah Subanahu Wata’ala bersamanya.*/Kartika Ummu Arina, penulis buku Jadilah Suami Istri Bijak
Seperti apapun sempurnanya pasangan kita, pasti dia tak akan pernah menyempurnakan keinginan kita