Oleh: Usmanul Hakim
PENDIDIKAN adalah kewajiban setiap orang tua terhadap anak-anaknya. Berbagai metode dalam mendidik perlu dilakukan diantaranya adalah penugasan.
Sudah biasa berlaku dalam lingkup rumah tangga jika anak-anak mengajukan permintaan mereka kepada orang tua. Minta dibuatkan susu atau makanan, minta dimandikan, minta mainan bahkan minta digaruk ketika merasa gatal, dll. Orang tua dengan kasih sayangnya tentu tidak akan merasa keberatan menuhi permintaan buah hatinya itu, bahkan tengah malam sekalipun.
Namun, orang tua juga tidak salah jika mereka memberikan beberapa penugasan kepada anak-anaknya. Seperti meminta anak-anak membersihkan kamar mereka, membuang sampah, menbantu mengambil sesuatu, atau berbelanja ke warung terdekat. Tentunya penugasan itu adalah untuk tujuan pendidikan dan disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas anak-anak.
Sejarah mencatat bahwa para Nabi dan juga para sahabat dididik dengan berbagai penugasan. Nabi Ibrahim A.S. mendapat tugas dari orang tuanya untuk membantu membuat patung. Nabi Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah mengembala kambing, begitu juga Nabi Musa A.S. Sahabat Umar Ibn Khatab ditugasi oleh ayahnya untuk mengembala unta dan mencarikan kayu bakar untuk bibiknya.
Dengan tempaan yang berupa penugasan inilah para tokoh tersebut dibentuk lahir dan batinnya dan berlanjut menjadi manusia utama dan mulia. Dengan begitu mereka siap memikul berbagai amanat yang dibebankan kepada mereka, amanat kepemimpinan bahkan amanat kenabian.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui penugasan mempunyai manfaat yang besar diantaranya:
Pertama, menanamkan kemandirian.
Penugasan yang diberikan oleh orang tua kepada buah hatinya akan menghilankan sikap manja dan tergantung kepada orang lain. Anak diajari untuk menyelesaikan berbagai permasalahannya sendiri mulai hal-hal yang sepele dan bersifat pribadi secara bertahap sampai pada hal-hal yang rumit.
Kemandirian ini akan menjadi bekal yang sangat berguna ketika dewasa nanti. Dengan kemandirian, seseorang akan mengandalkan jerih payah tangannya sendiri dalam menghidupi keluarganya. Tidak mengandalkan bantuan orang lain. Dengan demikian kehormatan dan kemuliaannya akan selalu terjaga.
Kedua, menanamkan Tanggungjawab
Tugas adalah tanggungjawab. Jika orang tua memberikan penugasan kepada anaknya berarti ia telah memberikan sebuah tanggung jawab di pundak anaknya. Orang tua berkewajiban membantu anaknya untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya. Sejauhmana tugas dilaksanakan? Kesulitan apa yang dialami? Dan bagaimana penyelesaiannya?
Mendidik, bukan hanya sekedar memberi tugas namun juga mengarahkan dan mengawal dalam pelaksanaan tugas.
Kamudian orang tua berkewajiban meminta pertangggungjawaban dari tugas yang diberikan. Orang tua berhak memberikan penilaian, evaluasi dan saran terhadap tugas anaknya. Sembari juga memberi reward, pujian dan dorongan sesuai keperluannya. Yang jelas, mendidik dengan menugasi adalah pendidikan tanggungjawab.
Ketiga, mengasah skill dan kreatifitas
Kisah nabi Muhammad Shalalallahu ‘Alaihi Wassallam, cukup menjadi contoh dalam hal ini. Dengan membatu pamannya Abu Tholib berdagang, jadilah Beliau cakap dalam keterampilan berdagang. Sehingga pantaslah Khadijah sang saudagar kaya merasa yakin melepas barang dagangannya di tangan Rasulullah muda, dan terbukti menguntungkan.
Dalam pelaksanaan tugas tentu akan didapati berbagai kendala dan hambatan. Di sinilah anak didik dituntut berkreasi mencari jalan keluar terbaik. Dengan demikian pemikiran anak-anak akan terbiasa kreati. Kreatif yang benar tentunya. Sehingga diharapkan nantinya anak-anak menjadi priadi-bribadi yang tangguh, kreatif secara benar dewasa nanti.
Mengambil hikmah pendidikan dengan penugasan yang dialami para nabi dan sahabat, sekaligus melihat pentignya metode penugasan, KH Abdullah Syukri Zarkasyi, menulis dalam bukunya Managemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor bahwa salah satu metode mendidik yang harus dilakukan adalah penugasan.
Oleh karena itu, santri-santrinya diberikan penugasan dalam banyak kegiatan namun terukur guna menjadi bekal sekembalinya mereka ke masyarakat.
Pada akhir tulisan ini, penulis ingin mengingtakan kembali bahwa memberi penugasan sebagai pendidikan orang tua kepada anak-anak adalah perlu dilakukan. Paling tidak agar anak-anak dapat mandiri dan tidak manja, bertanggungjawab dan dapat mengasah skill serta kreatifitas mereka.
Namun juga perlu diingat pemberian tugas harus proporsional dengan keadaan dan kemampuan anak-anak. Jangan sampai berlebihan dan keterlaluan. Betullah petuah orang bijak, “Celaka bagi mereka yang tidak mengetahui kadar kemampuaannya.” Demikian pula orang tua, celakalah bagi yang tidak memahami kadar kemampuan anak-anaknya. Wallahu’alam.*
Guru di PP Al-Ikhlas Taliwang, KSB, NTB