SETIAP orang tentu memiliki impian, cita-cita, dan tujuan hidup.Hanya saja berbeda langkah dalam merealisasikannya. Setiap kita tentu pernah bermimpi bukan?
Mimpi akan menjadi suatu kenyataan jika kita bangun dan bertindak nyata untuk merealisasikan mimpi. Sedangkan mimpi menjadi sebatas angan-angan jika kita terus tidur dan tidak melakukan tindakan apapun dalam mewujudkan mimpi.
Proses panjang yang dilalui dalam mewujudkan mimpi, bukanlah proses yang mudah semudah membalik telapak tangan. Butuh kesabaran dan ketahanan berjuang dalam merealisasikan hal yang diimpikan.Apalagi ketika menemui batu sandungan yang bernama kegagalan.Di sinilah banyak terjadi seleksi alam.Tidak sedikit orang yang gagal dapat bangkit kembali melanjutkan langkah untuk meraih hal yang diimpikan.
Banyak contoh kasus yang sering terjadi di tengah-tengah kita yang berujung tragis akibat tidak kuat menanggung pahitnya kegagalan.Misalnya saja, mahasiswa yang nekat bunuh diri karena gagal mempertanggung jawabkan tugas akhirnya di hadapan dosen penguji.
Calon legislatif yang menjadi gila sebab gagal terpilih dalam pemilihan legislatif.Anak yang menjadi pemurung karena gagal menang dalam kompetisi lomba yang diikutinya.Orang tua yang bercerai karena gagal mempertahankan keharmonisan dalam rumah tangga.Dan banyak kegagalan lain baik dalam skala kecil maupun besar yang berimbas kepada hal-hal yang negatif, yang justru semakin menjauhkan kepada impian.
Hal tersebut terjadi dikalangan orang-orang yang memandang kegagalan dari sudut pandang negatif.Sungguh ironis memang, menghadapi kenyataan bahwa hidup ini banyak diisi oleh kata-kata negatif dan didominasi oleh perasaan sial.
Majdi Ubaid Al Hafizd mengatakan dalam bukunya bahwa sekitar 90% dari apa yang kita lihat dan kita dengar dari berbagai media adalah negatif.
Berita musibah dan bencana tertuang diberbagai media. Dan di sisi yang lain, dalam sehari kita memikirkan lebih dari 60.000 pikiran, 80% nya adalah pikiran-pikiran negatif. Misalnya, pikiran-pikiran negatif tentang gaji, keluarga, penyesalan terhadap masa lalu, depresi dengan masa depan, berpikir tentang pekerjaan, tentang pemimpin kita dalam bekerja dan berlarut-larut dalam memikirkan kegagalan. Pikiran-pikiran semacam ini menciptakan persaan negatif terhadap diri sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Shalih Ar-Rasyid, bahwa rata-rata dalam sehari manusia berbicara dengan dirinya sendiri lebih dari 5.000 kata.
Riset menunjukkan bahwa lebih dari 77% bisikan kepada diri sendiri adalah negatif.
Seringkali kita mengatakan aku tidak mampu, aku sudah gagal, aku takut untuk memulai, aku tidak berani mencoba lagi, mustahil aku berhasil, tidak ada lagi kesempatan buatku, dan pikiran-pikiran negatif lainnya yang kita bangun sendiri.
Setiap kali kita mengulang-ulang kalimat-kalimat tersebut dengan segenap perasaan, maka ia akan menjelma menjadi keyakinan. Pikiran-pikiran semacam ini akan direkam oleh otak bawah sadar. Selanjutnya ia menjadi bagian dari kepribadian seseorang, serta berpengaruh besar terhadap kepercayaan diri dan kemampuan dirinya dalam mengatasi kegagalan.
Namun, dari sekian banyak orang yang memilih berlarut-larut dalam kegagalan, ada segelintir orang yang justru menjadikan kegagalannya sebagai batu loncatan dalam meraih kesuksesan.Mereka adalah orang-orang yang memandang kegagalan dari sudut pandang yang positif.* */Mustabsyirah Syammar (BERSAMBUNG)