Hidayatullah.com—Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik keras Iran karena tidak melindungi kantor-kantor misi diplomatik Arab Saudi di Teheran dan Mashhad oleh warga Iran, menyusul eksekusi tokoh Syiah Nimr Al-Nimr, dan menegaskan bahwa hukuman mati itu adalah urusan dalam negeri Saudi.
Hal itu diungkapkan Erdogan hari Rabu (6/1/2015) dalam pertemua rutin dengan kepala-kepala daerah setempat.
Dilansir Today’s Zaman, Erdogan mengatakan 46 orang (Muslim) Sunni dieksekusi Saudi dan hanya satu Syiah yang dieksekusi mati. Sementara Hurriyet dalam laporannya mengutip langsung perkataan Erdogan menyebut “hanya 3 Syiah.” [Kantor berita Arab Saudi SPA melaporkan 47 orang yang dieksekusi pada awal Januari 2016 semua adalah terpidana terorisme dan kebanyakan pengikut Al-Qaidah, SPA menyebutkan nama-nama mereka. Berbagai laporan lain menyebut 3 atau 4 orang adalah Syiah, termasuk Nimr Baqir Al-Nimr].
Baca: Kejahatan Tokoh Syiah Nimr Al- Nimr sehingga Dieksekusi di Arab Saudi
“Arab Saudi mengambil keputusan untuk terus melakukan eksekusi sejak lama dan hal itu diimplementasikan sebagai mana mestinya. Menyetujui atau tidak menyetujui adalah urusan lain. Namun, masalah ini adalah urusan hukum di dalam negeri Arab Saudi,” kata Erdogan, yang menyoroti bahwa Turki sudah menghapus hukuman mati, sedangkan negara lain seperti Saudi, Iran dan Rusia masih memberlakukannya.
Dalam kesempatan yang sama Erdogan juga mengecam keras Iran, karena gagal melindungi kantor misi diplomatik Arab Saudi di ibukota Teheran dan Mashhad. Erdogan menegaskan bahwa kegagalan semacam itu tidak dapat diterima, dan dia mempertanyaan apakah Iran sudah mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mendukung kantor-kantor misi diplomatik Saudi.
Sebelumnya pada hari Selasa (5/1/2016) Perdana Menteri Ahmet Davutoglu menyeru agar Arab Saudi dan Iran meredakan ketegangan di antara mereka melalui jalur diplomasi. “Turki siap untuk menawarkan bantuan konstruktif yang kami bisa untuk memecahkan masalah,” kata Davutoglu dalam rapat dengan anggota-anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP).
Dalam pernyataan resmi perdana pemerintah Turki mengomentari ketegangan Saudi-Iran menyusul eksekusi Nimr Al-Nimr, juru bicara pemerintah Ankara yang juga Wakil PM Numan Kurtulmus mengatakan bahwa Turki menentang semua bentuk hukuman mati, khususnya yang bermotif politik. Kurtulmus juga mengatakan bahwa Saudi dan Iran adalah teman Turki dan meminta keduanya agar tidak bertikai.
Hukuman mati telah dihapuskan di Turki pada Juli 2004, satu tahun setelah Erdogan pertama kali menjabat sebagai perdana menteri. Hukuman mati itu dihapuskan oleh pemerintah Ankara pimpinan PM Erdogan guna menyesuaikan dengan syarat-syarat yang ditetapkan agar Turki bisa diterima sebagai anggota Uni Eropa.
Berbeda dengan sejumlah negara Teluk dan Afrika yang memutuskan atau menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan Iran, dalam rangka mendukung sikap Arab Saudi, pemerintah Ankara tidak mengambil langkah yang sama.
Baca juga: Kecam Eksekusi Tokoh Syiah, Turki: Saudi dan Iran Teman Kami
Mesir: Kami Putus Hubungan dengan Iran Sejak 27 Tahun Silam
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dukung Saudi, Qatar Ikuti Negara Arab Tarik Dubes dari Iran
Iran dan Turki memiliki hubungan dagang yang erat. Setelah sebagian sanksi ekonomi dicabut atas Iran –menyusul kesepakatan nuklir Teheran dengan sejumlah negara adidaya, DK-PBB dan Uni Eropa tahun 2015, Turki adalah salah satu negara tetangga yang paling diuntungkan dengan pencabutan sanksi itu. Menurut data Energy Information Adminstration (EIA), lembaga pemerintah Amerika Serikat pemantau masalah-masalah keenergian dunia, pada tahun 2014 sebanyak 26 persen kebutuhan minyak mentah campuran Turki disuplai oleh Iran, 27 persen dipasok oleh Iraq yang merupakan sekutu Iran dan 3 persen dari Rusia. Hanya 10 persen kebutuhan minyak Turki tahun 2014 yang dipasok dari Arab Saudi. Sedangkan kebutuhan gas alam Turki tahun 2013 sebanyak 57 persen dipasok dari Rusia dan 20 persen dari Iran.*