Hidayatullah.com | SUATU hari, di hadapan kaum Muhajirin, Nabi ﷺmemberikan pesan penting untuk diperhatikan. Kata beliau, “Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya!” Beliau menlanjutkan:
لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ، وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا، وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ، وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
“Tidaklah kekejian menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha’un dan sakit yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka. Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang dhalim. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan. Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan rasa takut di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadits ini Rasulullah ﷺ menyebut 5 perkara dengan penyebabnya:
Pertama, merebaknya wabah serta penyakit yang sebelumnya belum ada karena adanya kekejian yang merajalela dan dilakukan secara terang-terangan. Kemaksiatan sudah menjadi biasa di sutu masyarakat. Zina, pelacuran, perselingkuhan dan lain sebagainya yang termasuk perbuatan keji.
Kedua, mengurangi takaran dan timbangan, mengakibatkan kemarau panjang dan dipimpin oleh penguasa yang zalim.
Ketiga, enggan membayar zakat membuat langit tak meneteskan airnya atau tidak hujan.
Keempat, melanggar janji Allah dan Rasul-Nya mengakibatkan berkuasanya musuh dari luar umat Islam.
Kelima, ketika para pemimpin muslim tidak berhukum dengan hukum yang diturunkan Allah, maka akan merebak rasa takut di kalangan masyarakat.
Bila hadits ini diperhatikan, ternyata apa yang menimpa manusia berupa bencana dan semacamnya, itu ada hubungannya dengan perilaku dirinya sendiri. Ini kalau dilihat dari sudut pandang agama Islam.
Adanya wabah, penyakit yang belum pernah ada, kemarau panjang, penguasa zalim, hujan tak turun, berkuasanya musuh dan merebaknya rasa takut di kalangan masyarakat akibat ulah tangan sendiri. Ini semua diakibatkan karena mereka sudah tidak komitmen dengan ajaran luhur Islam.
Jika diperhatikan, virus yang sedang menggemparkan dunia saat ini virus corona atau Covid-19 dari sudut pandang hadits ini, maka kekejian dan kemaksiatan sudah merajalela di dunia dan sudah memasuki kawasan muslim. Kalau dilihat dari hadits lain, hal ini terjadi karena berhentinya amar ma’ruf nahi munkar di kalangan muslim. Sehingga, mereka diam saja ketika melihat perbuatan keji dilakukan.
Padahal, Nabi ﷺ pernah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَا يُعَذِّبُ الْعَامَّةَ بِعَمَلِ الْخَاصَّةِ حَتَّى يَرَوُا الْمُنْكَرَ بَيْنَ ظَهْرَانِيهِمْ وَهُمْ قَادِرُونَ عَلَى أَنْ يُنْكِرُوهُ، فَلَا يُنْكِرُونَهُ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَذَّبَ اللَّهُ تَعَالَى الْخَاصَّةَ وَالْعَامَّةَ
“Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla tidak mengadzab manusia secara umum hanya karena perbuatan dosa segelintir orang, sehingga mereka melihat kemungkaran dan mereka pun mampu untuk mengingkarinya, namun mereka tidak mengingkarinya. Jika mereka telah melakukan hal itu, maka Allah akan menyiksa segelintir orang itu dan juga manusia secara menyeluruh.” (HR. Ahmad).
Jadi, dampak akibat tidak adanya amar ma’ruf nahi munkar, bisa merugikan banyak orang.
Oleh karena itu, solusi menhadapi virus corona bagi umat Islam adalah tauhidnya diperbaiki dulu. Kembali kepada Allah. Komitmen menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Dan tidak menafikan usaha-usaha manusiawi yang bisa dilakukan untuk melakukan pencegahan dan pengobatan.*/Mahmud Budi Setiawan