Muallim Haji Ahmad Amin, ulama Muhammadiyah, dan generasi pendahulu yang dikenal tegas dalam pendirian dan peduli wong cilik
Hidayatullah.com | NAMANYA Ahmad Amin, biasa dipanggil Muallim Haji Ahmad Amin. Sosok yang hendak dibahas dalam tulisan ini, hayatnya banyak mengandung nilai luhur yang bisa diikuti jejak langkahnya.
Lahir pada tahun 1899 dan wafat pada tahun 1986 di Banjarmasin. Beliau dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah, Masyumi, ulama dan guru. Pernah nyantri di Al-Irsyad Jakarta pada tahun 1920-an.
Beliau adalah ulama Muhammadiyah yang termasuk as-saabiqūna al-awwalūn (generasi pendahulu). Seorang tokoh yang dikenal tegas dalam pendirian, suka silaturahim, peduli wong cilik, pecinta binatang, dermawan dan suka silaturahim.
Ada banyak pintu untuk masuk pada ketokohan beliau. Dalam hal ini, penulis akan memasukinya dari pintu kepedulian pada wong cilik, sayang binatang dan kedermawanan.
Ada syair Arab yang cukup terkenal, bunyinya begini:
فَتَشَبَّهُوْا إِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا مِثْلَهُمْ
إِنَّ التَّشَبُّهَ بِالْكِـرَامِ فَـــلَاحٌ
Maka berusahalah kamu mengikuti (menyerupai) mereka (orang mulia) meskipun kamu tidak seperti mereka.
Sesungguhnya mengikuti jejak orang yang mulia adalah suatu keberuntungan.
Nilai yang terkandung dari syair ini sungguh luar biasa. Memang, setidaknya, jika ingin menjadi orang besar, minimal berusaha meniru mereka meski pada akhirnya tidak menjadi persis seperti mereka. Karena mengikuti jejak orang-orang besar merupakan keberuntungan.
Mengikuti jejak bisa dengan membaca biografi-biografi mereka. Mengambil faktor-faktor kesuksesan mereka untuk diterapkan dalam kehidupan nyata, dan menghindari kegagalan-kegagalan mereka agar tidak jatuh pada lubang yang sama.
Peduli wong cilik
Suatu hari, Muallim Haji Ahmad mendapati gerobak dorong penjual es jatu berantakan. Beliau pun lekas datang membantu. Bukan hanya itu, beliau juga memberi uang untuk membantu kerugian pedagang tersebut.
Menariknya lagi, kalau beliau naik becak tidak pernah menawar. Bahkan, kadang-kadang ongkosnya ditambai olehnya. Lebih dari itu, ketika naik becak beliau juga biasa membawa uang pas sehingga tidak menyulitkan tukang becak.
Apa yang dilakukan beliau ini sangat sesuai dengan ajaran Nabi. Beliau pernah bersabda dalam hadits yang cukup panjang: “Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat.” (HR: Muslim).
Hayat beliau memang diisi dengan hal-hal bermanfaat yang bernilai sosial seperti: membabaskan kesulitan, memberi kemudahan, Maka tidak mengherankan jika orang seperti ini akan mendapat pertolongan dari Allah jika mengalami kesulitan. Sebagaimana sabda Nabi:
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
“Dan Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya menolong saudaranya.” (HR: Tirmidzi).
Dulu, tatkala pertama kali beliau mendakwahkan paham Muhammadiyah di Banjarmasin, banyak sekali mengalami rintangan dan halangan. Namun, seiring berjalannya waktu, atas izin Allah, dengan ketabahan, kesabaran dan kepedulian beliau, lambat laun dakwahnya diterima.
Penyayang binatang
Beliau juga dikenal sebagai penyayang binatang. Suatu hari, belaiu membeli sekeranjang burung dari tetangga.
Rupanya, bukan untuk dipelihara, tapi supaya bisa terbang bebas di alam raya. Hal ini sudah dilakukan beliau, sebelum viralnya orang pada era digital yang membuat konten beli burung untuk dilepaskan.
Penulis jadi ingat juga presiden Soekarno yang pernah dihadiahi burung. Namun, setelah dia miliki, burung itu malah dilepaskan, karena beliau ingin burung itu juga mendapat kebebasan.
Bisa jadi, selain ingin memberikan kebebasan kepada si burung, sebagai wujud rasa sayangnya terhadap binatang, juga merupakan manifestasi dari hadits riwayat Bazzar berikut bahwa Ibnu Abbas pernah bercerita bahwa Nabi ﷺ pernah melarang mengurung yang ber-ruh dan (melarang) mengebiri binatang-binatang dengan larangan yang keras.”
Kalau membaca lebih lanjut hadits-hadits Nabi mengenai anjuran tentang menyayang binatang, memang sangat besar dampak bagi orang yang mengabaikannya. Sebab, ada orang yang masuk neraka gara-gara mengurung kucing yang tidak dikasih minum dan makan hingga mati.
Ada juga orang yang masuk surga, hanya karena memberi minum anjing yang sedang kehausan. Sangat besar bukan dampak dari menyayangi binatang? Dan ini dijaga betul oleh Muallim Ahmad Amin.
Dermawan
Muallim Ahmad Amin juga dermawan. Beliau terbiasa mentraktir makan.
Di depan rumahnya, beliau menyiapkan air minum untuk umum. Disiediakan juga pompa sepeda, jam dinding dan almanak harian yang bisa dimanfaatkan oleh orang yang membutuhkan.
Membaca sosok beliau, saya jadi teringat hadits: “Beribadahlah kalian kepada Ar Rahman, berilah makanan, dan tebarkanlah salam, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi) Rahimahullah rahmatan waasi’ah.
Kelak di surga, ada tempat khusus yang disediakan bagi orang yang suka memberi makan orang. Sabda Nabi: “Sesungguhnya di surga ada sebuah kamar yang bagian dalamnya dapat terlihat dari luarnya dan bagian luarnya dapat terlihat dari bagian dalamnya.” Maka ada seorang Arab badui bertanya: “Wahai Rasulullah, untuk siapa itu?” beliau menjawab: “Untuk orang yang bagus ucapannya, memberi makan kepada orang lain dan orang yang shalat menghadap Allah di malam hari sementara orang-orang sedang tertidur.” (HR. Ahmad).
Semoga kita belajar dari sosok Muallim Ahmad. Kita belajar mempraktekkan nilai-nilai luhur dalam hadits dalam keseharian kita. Rahimahullah rahmatan waasi’ah.*/Mahmud Budi Setiawan