Munawir Sadjali mengatakan, Rasjidi kalau menjewer orang tidak tanggung-tanggung, namun dia lakukan semata-mata kebenaran ilmu, tanpa mengurangi ukhuwah Islamiyah
Hidayatullah.com | SEBAGAIMANA yang umum diketahui, Prof. Dr M Rasjidi adalah intelektual muslim Indonesia yang begitu tajam kritik-kritiknya. Meski demikian, kritik-kritik itu tak berujung dendam, malah tetap terjaga ukhuwah.
Perhatikan foto (utama) yang kita tampilkan dalam tulisan ini. Gambar ini merupakan gambaran kemesraan Nurcholish Madjid dengan Pak Rasjidi saat acara peringatan 70 tahun Rasjidi pada 5 Juli 1985 di auditorium Mesjid Istiqlal yang dipenuhi hadirin.
Acara ini diliput dalam Majalah Panjimas No. 473 (XXVII/1985) dengan judul “MALAM DAMAI UNTUK SANG PENJAGA”. Di antara isi liputan, “Tokoh muda Islam itu,” maksudnya Nurcholish Madjid, “bersalaman mesra dan saling berbicara intim, dan mengucapkan selamat HUT ke 70 Pak Rasyidi.”
Bahkan, Cak Nur saat itu juga menyumbangkan tulisan dalam buku peringatan 70 Tahun Rasjidi. Padahal, sudah maklum diketahui di jagad media tulis betapa tajam kritik-kritik Rasjidi kepada Nurcholish Madjid.
Foto di sampingnya adalah dengan Pak Mukti Ali (Mantan Menteri Agama yang menjadi ketua penulisan buku 70 Tahun Rasjidi) yang juga pernah disentil Rasjidi dengan tulisan. Terlihat dalam gambar itu dengan senyuman, terlihat Mukti Ali dan Rasjidi begitu mesrah saat menyerahkan lukisan Rasjidi.
Dalam sambutannya, Mukti Ali menyampaikan, “Pak Rasjidi adalah ilmuwan, ulama, politiks, diplomat dan penulis, yang pengalamannya patut ditulis orang.”
Sedangkan gambar paling bawah ini adalah kemesraan antara Pak Rasjidi dengan Harun Nasution setahun sebelum diadakan peringatan. Dimuat dalam Majalah Panjimas No. 445 (XXVI/1984).
Publik sudah banyak yang tahu bagaimana kritik-kritik pedas Rasjidi yang dituangkan dalam artikel ilmiah dan buku yang ditujukan kepada Harun Nasution. Dalam malam peringatan setahun kemudian Harun Nasution ikut dalam peringatan 70 Tahun Rasjidi dan ikut menyumbangkan tulisan.
Menariknya, Rasjidi pernah turut membantu Harun Nasution sebagai dosen pada Fakultas Pasca Sarjana yang dipimpinnya. Saat itu, Harun Nasution menjadi dekan, keduanya terlihat mesrah dalam foto seakan tidak pernah terjadi konflik sebelumnya dan tak menyimpan dendam.
Dalam rangka menyambut jasa-jasa Rasjidi dibentuklah pada tahun 1984 suatu panitia untuk menyambut usianya yang ke-70 tahun. Ini dimuat dalam Panjimas No. 446 (XXVI/1984). Di situ disebutkan bahwa Rasjidi adalah tokoh unik dan layak diperingati.
Sedikitnya ada tiga alasan yang membuat beliau layak diperingati di usianya ke-70:
Pertama, beliau adalah Menteri Agama Pertama RI. Kedua, beliau termasuk tokoh yang berkontribusi dalam mengerahkan pengakuan kemerdekaan Indonesia di berbagai negara Arab.
Ketiga, beliau merupakan ilmuan yang memiliki integritas yang tinggi. Ketika Munawir Sadjali melihat di antara panitia ada orang-orang yang pernah dikritik Rasjidi, beliau berkomentar:
“Pak Rasjidi kalau menjewer orang tidak tanggung-tanggung. Namun semua itu, dia lakukan semata-mata dari segi kebenaran ilmu yang dia yakini dan tidak mengurangi ukhuwah Islamiyah antara sesama muslim. Hal ini dibuktikan bahwa beliau telah menyetujuo susunan Panitia Peringatan 70 tahun tersebut yang nota bene terdiri dari orang-orang yang pernah beliau jewer.” Rahimahumullah rahmatan waasi’ah.*/ Mahmud Budi Setiawan