RASULULLAH Shalallaahu ‘Alahi Wasallam juga mengingatkan, “Segeralah beramal, sebelum datang fitnah yang seperti malam gelap gulita. Pada pagi hari ia seorang muslim, tapi di malam hari ia telah menjadi kafir. Atau sebaliknya, di malam hari ia mukmin tapi di pagi hari telah menjadi kafir. Salah seorang dari mereka menjual agama dengan imbalan dunia.” (HR Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi).
An-Nawawi berkomentar, “Hadist ini memotivasi kita untuk segera beramal saleh sebelum berhalangan atau tidak sempat akibat kesibukan atau fitnah yang tiada akhir bak malam gulita tanpa bulan. Rasulullah mengilustrasikan kedasyatan fitnah itu, misalnya, seperti seorang yang pada malam hari mukmin, tapi di pagi hari ia telah menjadi kafir, atau sebaliknya. Ini karena begitu besarnya fitnah yang sanggup membalikan keimanan seseorang dalam satu hari.”
Nabi bersabda, Pergunakan lima perkara sebelum datang lima perkara; Masa mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum waktu sempitmu, dan hidupmu sebelum matimu. (HR Hakim dan Baihaqi).
Abu Hurairah meriwayatkan, “Seorang laki-laki menghadap Nabi, dia berkata, `Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling besar pahalanya?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah ketika kamu sehat, pelit, takut fakir, dan ingin sekali kaya. Jangan tangguhkan sedekah sampai roh di tenggorokan, baru kamu berkata, `Ini untuk si Fulan, itu untuk si Fulan, dan sudah untuk si Fulan.” (Muttafaq ‘alaih).
Rasulullah bersabda, “Siapa yang hendak haji, maka segeralah. Karena bisa jadi dia sakit, perjalanan terhambat, atau terhalang kebutuhan (lain).” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Dalam riwayat lain, “Segeralah haji karena salah seorang di antara kalian tidak tahu yang akan menghalanginya.”
Abu Hurairah meriwayatkan, “Hai manusia, bertobatlah kepada Allah sebelum kalian mati. Segeralah beramal saleh sebelum kalian disibukkan (dengan hal lain). jalinlah hubungan dengan Tuhan dengan banyak berzikir kepada-Nya. Dan perbanyaklah sedekah dalam keadaan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, niscaya kalian akan dikarunia rezeki, kemenangan, dan kekuasaan.” (HR Ibnu Majah).
Ibnu `Umar pernah berkata, “Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”
`Umar bin Khaththab berpesan, “Perdalamlah agama sebelum menjadi tuan.” Kata “tuan” di sini adalah kiasan dari kekuasaan dan keagungan. Atau, menurut satu pendapat, kiasan dari pernikahan.’ Ini semua merupakan faktor yang bisa menghalangi kesuksesan dalam menuntut ilmu dan memperdalam agama.
Hasan pernah berkata, “Puasalah sebelum datang hari di mana Anda tidak mampu berpuasa.”
Di malam pengantinnya, `Abdullah bin ‘Umar mengkhatamkan al-Qur’an sepanjang hari dan beribadah sepanjang malam. Rasulullah menasihati agar ia tidak belebihan, dan terus menyarankan agar ia memperingan amalannya. Setiap kali Nabi menasihati, Ibnu `Umar merajuk, “Rasulullah, izinkan aku menikmati kekuatanku di masa mudaku.”
Namun pada akhirnya `Abdullah menuruti nasihat Nabi.
Seorang penyair melantunkan;
Wahai yang tidur malam, awalnya merasa senang Sungguh, bencana kadang menimpa di tengah malam
Menghilangkan abad-abad penuh kenikmatan
Siang dan malam silih berganti menyerang
Banyah sudah perputaran zaman menghancurhan para raja Sungguh, zaman memuat manfaat dan bahaya
Wahai perangkul dunia yang tiada kekal Menyusuri dunia pagi dan petang bak musafir
Tidakkah kau lepas rangkulanmu pada dunia Agar kau merangkul bidadari di surga Firdaus
Jika kau dambahan tinggal di surga Khuldi Maka selayaknya kau tak merasa aman dari neraka.*/Nabil Hamid al-Ma’az, dari bukunya Anda Berhak Masuk Surga.