ORANG sudah lama mencontoh teknik-teknik dari dunia militer untuk diterapkan di dunia usaha karena banyaknya kemiripan antara dua medan ini – medan perang dengan medan persaingan usaha. Salah satu yang terkenal adalah The Art of War –nya Sun Tzu– seorang jendral perang China yang diyakini sebagai ahli strategi pada jamannya.
Yang dekat dengan strategi perang adalah strategi intelligence yang juga berkembang sangat mateng – melebihi strategi business pada umumnya. Oleh karenanya belakangan mulai banyak strategy business yang diambil/dikembangkan dari dunia intelligence. Saya ambil contoh untuk tulisan ini Survival Strategy yang sangat dibutuhkan oleh para pemula dibidang usaha.
Peluang berhasilnya para pemula bervariasi tergantung dengan bidang yang dipilihnya. Pada bidang yang relatif tidak ada entry barrier – seperti business dot com yang marak lahir dua dasawarsa terakhir, orang dengan mudah masuk ke dunia dot com ini tetapi success ratenya sangat rendah – kurang dari 2 %.
Sebaliknya di business yang entry barrier-nya tinggi – bisa modal, teknologi, pasar dlsb; pemain baru tidak banyak tetapi success rate bagi mereka yang berhasil mengatasi barrier tersebut menjadi sangat tinggi. Misalnya Anda buka restoran franchise dari merek terkenal, Anda punya modal besar untuk menyewa tempat terbaik di Mall yang baru dibuka di lokasi strategis – maka meskipun Anda baru dibidang ini, success rate Anda bisa diatas 50%.
Kebanyakan kita masuk dunia usaha seperti pada contoh yang pertama; modal terbatas, competitive edge dibidang teknologi, pasar dlsb juga biasa –biasa saja. Jadi kita masuk golongan yang success rate-nya rendah tersebut diatas.
Karena mayoritas kegagalan usaha baru ini terjadi di awal-awal usaha 1-2 tahun pertama, maka kalau kita bisa melampaui dua tahun pertama dibidang usaha yang baru kita tekuni tersebut, kemungkinan besar kita akan mengakumulasi pengetahuan dan ketrampilan cukup untuk setidaknya mampu bertahan dibidang ini dalam jangka pendek, dan memiliki kemungkinan sukses untuk jangka panjang.
Nah dalam hal membangun kemampuan untuk bertahan di business (survive) pada usia awal inilah kita bisa belajar dari salah satu survival strategy-nya dunia intelligence yang disebut IMAO atau singkatan dari Improvise, Modify, Adapt dan Overcome.
Strategi ini diajarkan kepada para calon agen intelligence sebelum mereka diterjunkan di lapangan atau daerah lawan. Sebagus apapun mereka digembleng dengan berbagai pengetahuan dan latihan fisik di camp, dunia di luar sana bisa sangat berbeda dengan medan teori dan latihan. Oleh karenanya untuk mampu survive di medan yang bisa jadi sama sekali berbeda ini, mereka harus mampu ber-improvisasi , memodifikasi situasi, beradaptasi dengan kondisi dan mengatasi (overcome) seluruh permasalahan yang muncul.
Sebagai entreprenur pemula Anda perlu berimprovisasi manakala medan usaha yang Anda jumpai tidak seperti yang Anda bayangkan sebelumnya. Improvisasi ini meliputi pengkajian berbagai kemungkinan dari usaha Anda dilihat dari perspektif yang berbeda.
Bila ternyata di lapangan sumber daya (resources) yang Anda miliki tidak sepenuhnya cocok (match) dengan medan yang Anda hadapi, maka Anda-pun harus siap me-modify sumber daya tersebut sehingga bisa optimal menopang usaha Anda.
Ketika Anda sudah ber-improvisasi dan memodifikasi resources secara maksimal, namun lapangan tetap tidak mudah ditaklukkan, tetap tidak bersahabat dengan usaha baru Anda, maka waktunya Anda untuk ber-adaptasi dengan lingkungan usaha yang berbeda tersebut.
Setelah inipun masalah-demi masalah baru tetap akan bermunculan; maka Anda juga harus mampu meng-overcome (mengatasi) setiap masalah yang muncul tersebut pada waktunya – be ready.
Meskipun strategi semacam ini tidak berasal dari dunia Islam, namun mengandung banyak kebaikan untuk meningkatkan kemampuan kita bertahan – maka isnyallah baik pula kita terapkan.
“Kalimat hikmah (perkataan yang baik/bijaksana) adalah senjatanya orang mukmin, dimanapun ia mendapatkannya maka dia lebih berhak untuk mengambilnya.” [HR. Tirmidzi/Ibnu Majjah].
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar dan kolumnis hidayatullah.com