Oleh : Muhaimin Iqbal
Bayangkan kalau tiba-tiba pagi ini di account M-Dinar Anda ada yang transfer dana sebesar 86,400 Dinar (sekitar Rp 184 milyar) tetapi dengan syarat, yaitu Anda harus habiskan dalam waktu 1 x 24 jam. Bila dana ini tidak habis, maka berapapun sisanya akan ditarik kembali oleh yang memberikannya. Apa yang Anda akan lakukan ?, Anda pasti mau bekerja keras sekuat tenaga untuk menghabiskannya – karena setiap detik Anda harus mampu membelanjakannya sebesar 1 Dinar !.
86,400 Dinar tersebut dan bahkan lebih sesungguhnya benar-benar diberikan olehNya ke kita dalam bentuk waktu. Tetapi karena kita hanya bisa menggunakannya sebagian kecil saja, maka setiap akhir hari – sekian banyak waktu kita yang harus di write off – dan tidak lagi menjadi asset kita.
Untuk memudahkan kita menghargai waktu ini, bayangkan situasi berikut :
Seorang anak yang tidak naik kelas dan harus mengulang setahun lagi, untuk pertama kali dalam hidupnya mungkin dia bisa menghargai arti waktu satu tahun ini.
Seorang ibu yang melahirkan anak prematur lebih cepat 1 bulan dari yang seharusnya, dia akan bisa memahami betapa pentingnya tambahan waktu satu bulan bagi anak ini di dalam kandungannya.
Seorang wartawan majalah mingguan yang tidak bisa menyelesaikan tulisannya pada saat deadline tiba, dia akan bisa memahami betapa pentingnya waktu satu minggu bagi dia.
Seorang yang lagi melakukan perjalanan jauh naik pesawat, pesawat mengalami gangguan teknis dan penerbangan lanjutannya tertunda satu hari. Betapa sengsaranya menunggu ‘delay’ satu hari ini, meskipun di tempat tujuan dia juga tidak melakukan apa-apa.
Seorang pencari kerja yang terjebak macet di jalan, ketika datang memenuhi panggilan wawancara – dia satu jam datang terlambat dan kesempatannya sudah diberikan ke orang lain. Betapa pentingnya arti waktu satu jam ini bagi dia…
Di pagi hari ketika mengejar kereta, Anda sampai di tempat pemberangkatan kereta satu detik setelah kereta berangkat. Betapa pentingnya satu detik ini bagi Anda.
Bagi para pembalap MotoGP, waktu seper sekian detik sangat menentukan posisi peringkat dia antara apakah menjadi juara dunia atau tidak menjadi siapa-siapa.
Setiap tahun kita seperti anak yang tidak naik kelas tersebut diatas, hanya kita tidak menyadarinya saja. Setiap pekan kita seperti wartawan yang miss deadline, juga tidak menyadarinya. Setiap detik kita ketinggalan kereta, tetapi tetap juga tidak menyadarinya.
Setiap detik kita kehilangan 1 Dinar dan setiap hari kehilangan 86,400 Dinar – semuanya tidak kita sadari, dan itulah kehilangan waktu kita yang setiap hari di write off oleh Sang Pemberi. Waktu-waktu itu pernah menjadi aset yang sangat berharga yang ada di balance sheet kita, tetapi kebanyakan harus di write off ketika tutup buku – hilang tanpa bekas karena memang tidak pernah kita manfaatkan.
Padahal di satu sisi liability kita tetap terus berjalan dalam bentuk salah satu pertanyaan yang harus bisa kita jawab ‘untuk apa waktumu engkau pergunakan…?’.
Meskipun demikian banyak yang patut di syukuri oleh umat ini dalam bidang apapun, termasuk dalam bidang pengelolaan asset waktu ini. Ada petunjuk yang begitu jelas, seperti apa waktu itu harus kita kelola.
Petunjuk itu disiapkan olehNya dalam satu surat khusus yang bahkan juga diberi nama ‘Waktu’. Empat hal yang akan membuat kita tidak merugi bersamaan dengan berlalunya waktu yaitu iman, amal shaleh, saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (QS 103 :3).
Kita ini ibarat para siswa yang akan menempuh ujian akhir. Kita sudah diberi tahu pertanyaan yang pasti akan muncul yaitu ‘untuk apa waktumu engkau pergunakan…?’. Kita juga sudah diberi tahu jawabannya yang benar yang ada di surat tersebut di atas. Maka yang perlu kita lakukan hanyalah melaksanakan petunjuk yang sudah begitu jelas tersebut.
Agar kita tidak menjadi anak yang tidak naik kelas, agar tidak menjadi wartawan yang miss deadline, agar tidak menjadi penumpang yang ketinggalan kereta, agar tidak menjadi pembalap yang miss sepersekian detik. Agar asset kita yang begitu berharga, tidak harus di write off setiap hari. InsyaAllah!
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar, kolumni hidayatullah.com