Oleh: Muhaimin Iqbal
TECK FEVER atau deman teknologi nampaknya sedang men-disrupt seluruh sektor industri. Setelah dua tahun berturut-turut tim Startup Center – Depok berkesempatan belajar langsung di epicentrum perkembangan teknologi dunia di Silicon Valley antara lain belajar tentang FinTech, tim yang sama sekarang belajar gratis pula dari epicentrum AgriTech dunia di Tokyo. Yang dua ini belum khatam benar, kita sudah diiming-imingi untuk belajar yang lain lagi yang baru – yaitu apa yang disebut dengan PropTech. Dagangan baru apakah ini dan dimana peluang kita?
FinTech atau Financial Technology sendiri masih barang yang sangat baru, di Indonesia peraturan OJK-nya baru keluar akhir tahun lalu – tetapi di belahan dunia lain dia sudah menjadi bisnis yang sangat besar. Bahkan FinTech semacam Lending Club dan sejenisnya sudah men-disrupt perbankan retail di negeri Paman Sam itu.
AgriTech atau Agricultural Technology sebenarnya bukan barang baru – karena teknologi pertanian sendiri sudah berkembang selama lebih dari satu abad terakhir. Tetapi apa yang membuatnya AgriTech sekarang berbeda dengan perkembangan teknologi pertanian sebelumnya – adalah karena environment businessnya yang berbeda.
Environment startup yang didominasi oleh teknologi informasi yang sangat kental nampak menonjol di hampir semua peserta AgriTech Summit di Tokyo yang sedang berlangsung saat artikel ini saya tulis. Pertanian berbasis IT, Big Data, Drone, Apps, Clouds dlsb. mendonminasi bertemunya para jawara AgriTech kali ini.
Lantas apa itu PropTech? Ini adalah kependekan dari Property Technology atau kadang juga disebut RealTech dari Real Estate Technology. Intinya adalah penggunaan teknologi yang sama dengan yang di atas plus berbagai teknologi yang spesifik untuk mengidentifikasi dan eksplorasi peluang baru, membangun, mengelola dan memasarkan sektor property ini.
Tidak ada definisi atau batasan yang pas untuk menggambarkan ruang lingkup FinTech, AgriTech maupun PropTech ini karena karakter startup itu sendiri adalah innovative, creative, fast growing dan out of the box. Kalau dia dibatasi dengan definisi tertentu malah dia akan terkungkung dengan batasan itu sendiri.
Baca: Tiga Butir Benih
Lantas dimana peluang startup-startup kita sesungguhnya ? Setelah banyak belajar dari pusat-pusat menjalarnya tech fever – demam teknologi dunia tersebut, saya melihat sangat bisa jadi peluang kita justru ada di ‘rumah’ kita sendiri. Guru dan sumber ilmu kita bukan mereka, tetapi ada di petunjuk yang setiap hari sudah kita baca.
Sangat menarik yang saya temukan di dalam Al-Qur’an, setidaknya ada 7 ayat yang redaksinya nyaris sama satu dengan lainnya – yang semuanya mendorong kita untuk bepergian ke seluruh penjuru bumi – dan targetnyapun sama, yaitu untuk memperhatikan kesudahan orang-orang sebelum mereka. Saya ambil contoh di ayat berikut misalnya :
۞ أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَيَنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡۚ دَمَّرَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِمۡۖ وَلِلۡكَـٰفِرِينَ أَمۡثَـٰلُهَا (١٠)
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka…” (QS: Muhammad [47]:10).
Dan kita akan menemukan anjuran yang sama di enam ayat lainnya yaitu 12:109; 16:36 ; 30:42 ; 35:44; 40:21 dan 40:82. Apa makna anjuran Allah yang berulang-ulang sampai tujuh kali ini? Ini menunjukkan penekanan pentingnya anjuran yang diulang-ulang tersebut.
Lantas apa isi anjurannya? Intinya ada dua – yang pertama adalah perjalanan di muka bumi dan yang kedua tentang pelajaran yang diambil. Yang menariknya lagi di seluruh tujuh ayat ini, pelajaran yang disuruh ambil adalah tentang kesudahan orang-orang sebelumnya – dan semuanya merujuk pada kesalahan orang-orang sebelumnya. Jadi intinya dianjurkan apa kita yang sampai tujuh kali tersebut?
Belajar dari kesalahan mereka sebelumnya, dan kemudian tentu konsekwensi dari ini adalah memperbaikinya. Tugas untuk membuat perbaikan semampu yang kita bisa inilah inti dari perintah kepada kita – khalifah-nya di muka bumi ini. Tugas melakukan perbaikan ini di Al-Qur’an antara lain diungkap melalui penuturan Nabi Syu’aib, “…Aku hanya berkendak untuk membuat perbaikan selama aku masih sanggup…” (QS 11:88).
Lantas perbaikan-perbaikan seperti apa di jaman teknologi ini yang bisa kita lakukan? Lha wong mereka semua sudah sangat canggih-canggih jauh melampaui yang kita kuasai? Kembali ke ungkapan Nabi Syu’aib tersebut di atas, “perbaikan yang kita mampu”. Dan saya melihat inysaAllah kemampuan itu sebatas tertentu ada di kita, jadi kita wajib untuk berbuat semampu yang kita bisa ini.
Di bidang FinTech misalnya, yang menyebar di seluruh dunia rata-rata FinTech yang berbasis ribawi. Maka peluang kita justru menghadirkan FinTech yang bebas dari riba, di sinilah peluang terbaik umat ini untuk menghadirkan solusi keuangan yang bebas dari legacy keuangan ribawi.
Membuat bank butuh modal trilyunan, berat bagi umat ini dan tidak perlu menjadi prioritas. Karena solusi melawan riba itu adanya di perdagangan dan di sedekah, kalau kita kuatkan FinTech berbasis jual-beli dan berbasis sedekah – maka inilah kesempatan kita untuk bisa menjauh sejauh-jauhnya dari debu riba itu.
FinTech tidak butuh modal Trilyunan, dengan modal 1 sampai 2 milyar Rupiah-pun bisa lahir FinTech berbasis syariah – inilah yang masih berada di batas kemampuan kita untuk berbuat, maka mengapa kita tidak berbuat untuk membuat perbaikan?
Di bidang AgriTech saya menyaksikan kerusakan lain karena hampir semua AgriTech yang berkembang melibatkan chemical, rekayasa genetika dan sejenisnya. Ketika mereka mencari sumber pangan baru, untuk sumber protein barupun mereka mencari dari sumber-sumber yang ngawur karena mereka tidak memiliki petunjuk.
Di depan booth saya di AgriTech Summit adalah booth seorang professor ahli serangga Jepang yang sangat baik dan sopan. Keahlian dia ini yang menggelitik saya, yaitu dia specialist teknologi peternakan jangkrik modern. Menurut sang professor ini, jangkrik adalah masa depan sumber protein bagi dunia karena 70% tubuhnya berisi protein.
Meskipun dia begitu mahir dengan penjelasannya tentang berbagai science yang sangat canggih, saya tetap tidak bisa yakin kalau jangkrik ini jadi solusi pangan kita – jangkrik gitu lhoh ! Ilmu kita mungkin tidak setinggi sang professor, tetapi alhamdulillahnya kita memiliki petunjuk yang sangat detil dan akurat. Sumber-sumber makanan kita sudah direnceng oleh Allah di Surat ‘Abasa 24-32 dan sejumlah besar ayat-ayat lain yang menguatkannya.
Jadi kalau toh kita akan mengembangkan Startup di bidang AgriTech , sumber rujukan kita sangat jelas. Mulai dari nutrisi tanaman bebas kimia, memilih jenis tananam sumber protein, jenis binatang yang menjadi sumber protein terbaik, mengatasi musim, memilih lokasi bertani sampai mengelolanya menjadi agriwisata bila perlu – semuanya ada petunjuknya di Al-Qur’an. Maka perbaikan di bidang AgriTech inipun mestinya sampai sebatas tertentu kemampuannya juga ada di kita, mengapa kita tidak berbuat?
Yang terakhir adalah tentang PropTech, Property adalah bisnis yang sangat besar di dunia karena nilainya yang terus melonjak dari waktu ke waktu. Pengadaan rumah yang terjangkau merupakan challenge bagi setiap negara di dunia. Maka bidang garapan PropTech itu amat sangat luas, mulai dari teknologi konstruksi yang murah dan aman, teknologi material, teknologi pembiayaan, pengelolaan resourcesnya sampai teknologi pengelolaan property setelah property-nya itu sendiri jadi.
Lagi-lagi ruang untuk melakukan perbaikan itu selalu terbuka untuk dapat kita lakukan, mulai dari memperbaiki teknologi material banguan – sampai teknologi untuk pembiayaannya sangat mungkin digali dari Al-Qur’an. Sebagai contoh misalnya ketika dunia berlomba untuk mencari bahan bangunan yang murah dan sustainable, kita sudah diberi petunjuk lebih dari1,400 tahun lalu bahwa salah satu sumber bahan bangunan itu adalah kulit binatang, Think about it!
Hanya mendalami jangkrik seorang professor di Jepang bisa dianggap membuat terobosan temuan untuk pangan masa depan – meskipun saya juga meragukannya – masak mendalami seluk-beluk rumah masa depan berbasis kulit binatang yang dasarnya amat sangat kuat di Al-Qur’an tidak bisa menjadikannya startup yang mendunia?
Tetapi PropTech sangat luas bidangnya, maka selain peluang PropTech Startup untuk material rumah dari kulit wedus tersebut – saya ingin memberikan satu contoh lagi aplikasinya. Di dunia PropTech sekarang yang menjadi idola adalah AirBnB, yaitu situs akomodasi yang keberadaannya sudah men-disrupt industri perhotelan dunia. Lantas perbaikan apa yang bisa kita lakukan dalam batas kemampuan kita?
Saya melihat peluangnya di industri halal yang saya sebut saja Halal Pool! Dalam bahasa jawa Halal Pool (dibaca Halal Pol) berarti amat sangat halal – halal sampai batas maksimal! Dalam bahasa Inggris memiliki arti Kolam Halal – dan ini benar karena salah satu maknanya memang kita mulai memperkenalkan kolam renang halal. Tetapi arti yang lebih luas adalah berkumpulnya segala sesuatu yang halal. Bisa berupa akomodasi, kolam, restoran, bahan pangan dan lain sebagainya yang serba halal.
Halal Pool inilah antara lain yang bisa menjadi perbaikan semampu yang kita miliki, untuk menangkap peluang tumbuhnya Halal Tourism Industry – yang bahkan juga sudah diincar oleh negara-negara lain yang mayoritas penduduknya bukan muslim.
Lagi-lagi, konsep tourism-pun perlu kita perbaiki dari yang cenderung negatif dan pemborosan menjadi pengamalan anjuran di tujuh ayat tersebut di atas. Anjuran untuk bepergian ke seluruh penjuru bumi dan mengambil pelajaran dari (kesalahan) orang-orang sebelumnya. Dengan adanya Halal Pool, maka perjalanan ke seluruh penjuru bumi menjadi lebih aman, lebih mudah dan insyaallah juga menjadi jauh lebih murah karena kita bisa tinggal di akomodasi yang juga disediakan oleh saudara-saudara kita.
Solusi-solusi tersebut membuktikan bahwa Al-Qur’an yang benar saat diturunkan itu, sungguh-sungguh dijaga Allah untuk tetap benar sampai sekarang dan bahkan sampai akhir jaman sekalipun. Kalau kita bisa berpegang kuat kepada petunjuk yang satu ini, seperti dijanjikanNya pula – kita tidak akan pernah khawatir dan bersedih hati (QS 2:38), termasuk ketika di dunia sedang dilanda dan dicengkeram oleh demam teknologi ini.
Bahasan-bahasan terkait dengan startup di bidang FinTech, AgriTech dan PropTech yang berbasis Al-Qur’an ini insyaAllah akan menjadi bagian dari kajian dalam Ramadhan Camp yang kajian perdananya bisa diikuti pada hari Sabtu 27/05/2017 di Startup Center – Jl. Juanda no 43 Depok Mulai Jam 09.00 s/d Jam 12.00. Silahkan mendaftar di link ini bila tertarik : Bit.ly/Ramadhan_Camp_1438. *
Penulis adalah Direktur Gerai Dinar