Hidayatullah.com–Lebih dari 200.000 pengungsi etnis Rohingya di pengungsian menghadapi banjir dan tanah longsor menyusul musim hujan di Bangladesh hari-hari ini.
Setelah bertarung nyawa melarikan diri dari negara sendiri, hujan lebat berkelanjutan merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi di kamp pengungsi di Kutupalong.
Tanah longsor adalah bahaya terdekat di kamp pengungsi di Bangladesh.
Baca: Selain Wabah Penyakit, Pengungsi Rohingya Kesulitan Air Bersih
Sky News melaporkan bahwa hingga saat ini, 12 orang dilaporkan tewas. Di antaranya, Ajida Begum, anak berusia 7 tahun.
“Saya tidak bisa melupakan dia. Setiap hari, ketika Ajida akan ke sekolah dan ketika pulang, ia bermain di sini.
“Meskipun kami menghadapi berbagai kesulitan, namun ketika bersama keluarga kami senang. Ajida seorang anak yang baik. Saya tidak bisa melupakan dia. Adiknya yang paling sering menanyakan dia kenapa masih belum pulang dan sering mimpikan kakaknya itu,” ujar, Ruhul Amin.

Ajida meninggal bulan lalu, setelah terkubur dalam tanah longsor ketika pergi mencari kayu bakar bersama teman-temannya.
Meskipun kesulitan yang dihadapi oleh pengungsi, lembaga bantuan keamanan juga berjuang untuk menemukan cara untuk melindungi para pengungsi.
“Mereka tinggal di tempat perlindungan yang sangat serba kekurangan. Itu adalah fakta dan harus memindahkan mereka ke lokasi yang aman secepat mungkin untuk memastikan bantuan makanan dan sumber bantuan lain dapat sampai kepada mereka,” ujar perwakilan Program Pangan Dunia, Shelley Thakral.
Baca: Bangladesh Akan Pindahkan Pengungsi Rohingya ke Pulau Terpencil Rawan Banjir
Selain itu, nasib etnis Rohingya terus menjadi berita utama, Amnesty International melaporkan bukti-bukti baru kekejaman yang Myamnar terhadap kelompok paling tertindas di dunia ini.
Ia juga meminta kelompok-kelompok hak asasi manusia menyeret 13 komandan militer tertinggi Myanmar yang dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.*