Hidayatullah.com–Amnesty Internasional sekali lagi telah menyerukan agar embargo senjata ditimpakan pada ‘Israel’ setelah tentaranya menanggapi para demonstran Palestina tak bersenjata dengan kekerasan di perbatasan Gaza.
Sekitar 45 warga Palestina telah terbunuh dalam lima minggu terakhir di demonstrasi ‘Kembali ke Palestina yang Terjajah’, tiga orang terbunuh dalam insiden terpisah kemarin ketika mereka melanjutkan demonstrasi di area yang berbeda di perbatasan.
Sementara 5.511 orang lainnya, termasuk sekitar 592 anak-anak telah terluka di dalam peristiwa yang disebut Amnesty sebagai “tanggapan yang tidak sepadan” terhadap warga Palestina Gaza meminta hak kolektif mereka untuk kembali ke tanah leluhur mereka.
“Masa untuk pernyataan simbolis dengan pengecaman sekarang telah berakhir. Masyarakat internasional harus bertindak secara konkrit dan menghentikan pengiriman senjata dan peralatan militer ke Israel,” Magdalena Mughrabi, Wakil Direktur Regional Timur Tengah dan Afrika Selatan Amnesty Internasional, dikutip Middle East Monitor (MEMO) dalam sebuah pernyataannya.
Baca: Teliti Israel Jajah Palestina, Amnesty International Pakai Pendekatan HAM
Organisasi non-pemerintah internasional itu memaparkan secara panjang lebar bukti-bukti beberapa kasus di mana Israel telah menembak warga Palestina dari belakang, mengutip rekaman video kematian Abdul-Fattah Abdul-Nabi, 19, dan Mohammad Ayyoub, 14, keduanya ditembak di belakang kepala mereka ketika mereka lari menjauh dari pagar pembatas perbatasan.
Amnesty juga mencatat parahnya luka-luka yang disebabkan oleh tentara ‘Israel’; lebih dari 1.700 orang telah terluka oleh peluru tajam, menyebabkan luka yang tidak pernah dilihat sebelumnya oleh dokter-dokter Gaza sejak “Operation Protective Edge” Israel pada 2014.
Banyak demonstran yang tertembak di anggota tubuh bagian bawah mereka, khususnya lutut mereka, menunjukkan bahwa pasukan ‘Israel’ sengaja berniat untuk menyebabkan luka-luka yang mengubah hidup.
Rumah sakit Gaza dan personel medis telah berjuang dalam menghadapi gelombang korban setiap minggunya, sedangkan sumber daya sulit didapatkan di Gaza dikarenakan blokade ‘Israel’ dan Mesir.
Paramedis juga mengatakan pada Amnesty mengenai kesulitan dalam mengevakuasi para demonstran karena tembakan gas canister tentara ‘Israel’ pada mereka dan di dekat rumah sakit lapangan. Sekitar 44 personel medis telah terluka dan 19 ambulans telah mengalami serangan dalam bulan lalu.
Amnesty juga menyoroti penembakan ‘Israel’ pada wartawan Yasser Murtaja dan Ahmad Abu Hussein, meskipun keduanya jelas-jelas menggenakan rompi bertuliskan “PRESS”. Sedangkan 66 wartawan lain juga terluka sejak demonstrasi ‘Kembali ke Palestina’ yang Terjajah bermula.
“Kecuali Israel memastikan penyelidikan yang efektif dan independen yang menghasilkan penuntutan pidana terhadap mereka yang bertanggungjawab, Pengadilan Kejahatan Internasional harus membuka penyelidikan resmi terkait pembunuhan dan luka serius ini sebagai kemungkinan kejahatan perang dan memastikan para pelaku diadili”
Baca: Israel Menolak Sidang Pengadilan Remaja Palestina Secara Terbuka
Amnesty Internasional menyimpulkan.
Penjajah ‘Israel’ menuduh bahwa pejuang Hamas menggunakan demonstrasi itu sebagai kedok melancarkan serangan pada pagar perbatasan dan bahwa penduduk sipil digunakan sebagai tameng hidup, meskipun tidak ada bukti yang diberikan untuk membuktikan hal itu.
Pada Sabtu, juru bicara internasional untuk demonstrasi ‘Kembali ke Palestina yang Terjajah’, berjuluk Great March of Return, Dr Asad Abu Sharkh, menyangkal tuduhan itu dengan mengatakan bahwa tentara ‘Israel’ telah “diperintahkan menembak untuk membunuh dan membuat cacat” mereka yang mendekati pagar.
Demonstrasi yang rencananya akan berlangsung hingga enam minggu, dimulai pada 30 Maret yang diperingati oleh warga Palestina sebagai Hari Tanah, dan berakhir pada 15 Mei – peringatan 70 tahun Nakba Palestina, hari di mana 750.000 warga Palestina secara paksa diusir oleh tentara ‘Israel’ pada 1948.*/Nashirul Haq AR