Hidayatullah.com– Hidangan populer belut panggang diharapkan akan semakin terjangkau harganya dan mudah didapat dengan ditemukannya teknik akuakultur terbaru.
Badan Perikanan Jepang mengumumkan pada hari Kamis 4 Juni 2024 bahwa pihaknya telah mengalami kemajuan signifikan dalam teknologi penetasan telur belut, dengan produksi tahunan 40.000 sampai 50.000 belut remaja.
Konsumsi tahunan belut di Jepang diperkirakan sekitar 100 juta ekor, dan Badan Perikanan mengatakan mereka tidak lama lagi akan dapat melakukan penetasan buatan telur belut dalam skala komersial.
Target mereka semua belut remaja yang dipasok ke petani merupakan hasil penetasan buatan pada 2050.
Temuan terbaru ini dapat menekan secara signifikan biaya produksi. Penetasan dan pembesaran setiap ekor belut remaja siap untuk dibudidayakan saat ini membutuhkan biaya sekitar 1.800 yen ($11), turun drastis dari 40.000 yen pada tahun fiskal 2016.
Namun, biaya itu masih jauh lebih tinggi dibandingkan harga belut liar yang berharga sekitar 500-600 yen per ekor.
Badan Perikanan berharap nantinya biaya produksi bisa ditekan di bawah 1.000 yen, dengan penggunaan alat pakan dan perlengkapan otomatis lainnya.
Meskipun sebagian besar belut yang dikonsumsi di Jepang merupakan hasil akuakultur, prosesnya dimulai dengan penangkapan belut remaja liar. Menetaskan telur belut, berdasarkan pengalaman sepanjang sejarah, terbukti sangat sulit dilakukan.
Masalahnya, hasil tangkapan belut remaja liar di Jepang juga terus menurun, sehingga setengah dari kebutuhan mengandalkan impor, terutama dari Hong Kong.
Sejak 1990-an, Badan Perikanan Jepang berusaha membudidayakan belut mulai dari penetasan telur. Hasil kerja keras mereka memperoleh kesuksesan pertama di tahun 2002.
Meskipun belut populer di kalangan masyarakat, hanya sedikit pengetahuan yang dimiliki oleh manusia tentang kebiasaan dan biologi dari hewan air itu, terutama di tahap-tahap awal kehidupan mereka.
Belut yang dikonsumsi di Jepang diduga berasal dari telur belut yang menetas di kawasan perairan sekitar Mariana Trench di Pasifik bagian barat, sekitar 2.000 kilometer jauhnya.
Terombang-ambing arus laut Kuroshio Current selama kira-kira 170 hari, barulah mereka mencapai Jepang dan perairan di sekitarnya, di mana belut remaja liar ditangkap oleh nelayan untuk kemudian dibudidayakan.
Meskipun mereka terbawa arus yang jauh dari kawasan Pasifik, belut remaja panjangnya hanya sekitar 6 cm dengan berat 0,2 gram saja ketika ditangkap atau jauh dari ukuran layak konsumsi.*