Oleh: Tgk Mustafa Husen Woyla
MENARIK menyelami ayat al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 183-186. Disamping menjadi dalil, illah, historis serta teknis tentang detailnya pelaksanaan kewajiban puasa, Allah Subhanahu Wata’ala juga menyelipkan adab berdoa agar doa para hamba makbul. Memang secara sekilas nampak tidak ada kaitan dengan ayat sebelumnya namun jika kita selami lebih dalam justru itu adalah kode rahasia yang mesti kita ketahui rahasia dibalik penempatan redaksi ayat puasa tersebut.
Berikut kutipan penggalan kalamullah yang terdapat dalam al-Baqarah secara berurutan.
Pertama:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah ayat: 183)
Kedua:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَ
“….bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil….” (QS. Al-Baqarah ayat 185).
Ketiga:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُواْ لِي وَلْيُؤْمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah ayat 186).
Trilogi ayat di atas sebenarnya mengarah kepada sebuah esensi dari bentuk watak atau karakter alumni tarbiyah Ramadhan bukan hanya ketika berpuasa saja. Sebagaimana bunyi ujung dari ayat terakhir “agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Jadi, untuk menjadi orang benar yang dalam istilah qur’ani disebut “muttaqien” adalah hasil dari keinginan jiwa yang merdeka, ikhlas dan lepas dari belenggu hawa nafsu dan syaitan. Dan terbebas menjadikan serta menjalankan kandungan al-quran sebagai satu-satu pedoman hidup dalam segala aspek kehidupan.
Kemudian para i’badillah (hamba-hamba Allah) tidak saja berusaha terus menurus tanpa pernah berdoa kepada Allah agar senantiasa dijadikan oleh Allah sebagai orang yang baik dan benar yang menjalankan titah dan perintahnya. Sebagaimana kata bijak mengatakan “Usaha tanpa do’a sombong. Do’a tanpa usaha omong kosong”.
Tentunya dalam berdoa dan berusaha agar tidak berbuah omong kosong atau untuk meraih hasil yang memuaskan jelas tidak serta merta, sin salabin atau abra kadabra namun mesti cukup syarat dan masyrut-nya. Itu sangat jelas sekali sebagaimana Allah menjelaskan dalam ayat di atas “bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku”.
Jadi salah satu syarat diterimanya doa adalah; membuat permohonan, menjalankan perintah serta menyakini akan adaNya Allah dalam arti yang luas.
Jika tiga syarat tersebut sudah kita laksanakan maka jadilah antara kita dengan Allah tanpa jarak sejengkal pun. Artinya, apapun yang kita minta bahkan yang tidak pernah kita minta sekalipun Allah akan memberikan dengan jalan tanpa kita sangka.
Inilah maksud ayat Allah “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Al-Thalaq:2)
Alumni Harapan Madrasah Tarbiyah Ramadhan
Meraih “gelar muttaqien” adalah satu-satunya hikmah diwajibkan puasa baik kepada umat terdahulu maupun sekarang. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat: 183 di atas.
Dalam al-Qur’an kata taqwa terdapat 224 ayat dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda tergantung konteks ayat yang ada, akan tetapi inti dari semua ayat itu bermuara pada beberapa pengertian, yaitu taqwa adalah orang yang beriman, taqwa adalah takut dan taqwa adalah beramal shaleh.
Kemudian kata “taqwa” dalam bentuk apapun selalu tergolong kata dalam kata kerja. Jadi untuk meraih gelar muttaqien dibutuhkan usaha yang terus menurus dan simultan tak pernah kenal lelah dan istrihat. sebagaimana jawaban Imam Ahmad ketika ditanyakan kapan seorang mukmin istirahat. Dengan tegas beliau menjawab “ Ketika mukmin menginjak kakinya di surga”. Begitu nasehat dahsyat sang Imam.
One month to one year
Ramadhan adalah satu bulan untuk satu tahun (Ramadan is a month for one year) maksudnya adalah spirit puasa itu mampu kita aplikasikan dalam sebelas bulan yang lain. Menahan diri dari larangan berbuat kesalahan yang melebarkan pintu neraka tidak berlaku saja di bulan puasa namun mesti hidup sepanjang tahun.
Akhirnya kita berharap, mampu mengiqra’ pesan rabunna azzawajalla yang diturunkan ke langit dunia pada Malam Lailatul Qadar. I’qra pertama adalah mampu membaca secara tekstual/harfiah, I’qra kedua mampu menafsirkan sesuai ilmu usulud tafsiir dan I’qra tingkatan ketiga adalah mampu menjadi furqan (pembeda) antara hak dan yang batil baik dalam konteks berfikir dan bertindak.*
Penulis adalah pengurus Ikatan Penulis Santri Aceh bidang Pengkaderan dan juga Guru Dayah Ihsan Abu Hasan Kreung Kalee