Hidayatullah.com–Biasanya Sibth Ibnu Al Jauzi mengunjungi Malik Al Asyraf, penguasa Damaskus untuk memberi nasihat. Cucu Ibnu Al Jauzi ini seorang penceramah yang handal, yang biasa memberi ceramah di lingkungan pemerintah pada bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan.Tak hanya kalangan pejabat saja yang mendengarkan, rakyat juga berduyun-duyun ingin mendapatkan nasihatnya. Tak jarang Malik Al Asyraf menangis tersedu-sedu ketika mendengarkan nasihat dari Sibth Ibnu Al Jauzi ini, rakyat pun ikut menangis.Dalam kajian rutin tersebut Sibth Ibnu Al Jauzi juga membacakan Maqasid As Shalah kepada hadirin. Beliau sendiri menasihatkan agar mereka menghafal dan mengajarkan kepada anak-anak.Maqashid As Shalat merupakan salah satu buku yang ditulis oleh Syaikh Al Islam Izuddin bin Abdissalam, ulama besar yang hidup di Syam dan Mesir. Buku ini dikenal di kalangan penguasa Damaskus setelah Malik As Al Asyraf melakukan kekhilafan dengan melarang beliau untuk berfatwa karena terpengaruh golongan ahlul bid’ah. Malik Al Asyraf akhirnya ingin mengkaji beberapa karya Syaikh Izuddin, salah satunya yakni Maqasid As Shalah. Ia menyimaknya 3 kali dalam sehari.Syaikh Al Islam Taqiyuddin As Subki sendiri menilai karya Syaikh Izuddin sebagi karya yang amat berbobot. ”Kalau Maqasid As Shalah dibacakan sekali kepada para ulama yang zuhud, niscaya mereka akan mengulanginya.”Tajuddin As Subki menjelaskan bahwa saat kitab ini dibaca Sibth Ibnu Al Jauzi, kitab itu ditulis ulang dalam jumlah yang amat banyak. Semua ini disampaikan Tajuddin As Subki dalam Thabaqat As Syafi’iyah Al Kubra. [tho/hidayatullah.com]