Hidayatullah.com–Bulan suci Ramadhan menjadi berkah tersendiri bagi warga pedalaman ini. Sebanyak dua remaja asal Suku Togutil di pedalaman Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, memeluk agama Islam awal Ramadhan ini.
“Di awal bulan Ramadhan ini ada dua anak remaja Suku Togutil Halmahera Timur yang masuk Islam,” demikian dituturkan pembina mualaf Suku Togutil, Nurhadi, kepada hidayatullah.com, Rabu (29/04/2021).
Mereka menyatakan ikrar syahadat di hadapan imam kampung dan tokoh masyarakat. Mereka masuk Islam tanpa paksaan, kata Nurhadi.
Menurut dai Hidayatullah itu, mereka tertarik masuk Islam karena melihat orang-orang Muslim begitu semangat menyambut bulan puasa di bulan Ramadhan ini. “Di bulan Ramadhan ini, mereka ingin bisa ikut berpuasa sebagaimana orang muslim lainnya,” kata Nurhadi.
Suku Togutil (artinya primitif) banyak tinggal di Kecamatan Weda Timur, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. Atau dalam bahasa Halmahera pongana mo nyawa, suku yang hidup di hutan dengan cara hidup berpindah-pindah di dalam hutan Wasile, di timur Ternate.
Suku yang memiliki rumpun seperti Suku Tobelo ini hidup dalam kondisi primitif, suka hidup berkelompok dan tidak mengenal huruf. Mereka tidak mengenal kebersihan dan berpakaian.
Di Halmahera sendiri masih banyak orang suku pedalaman yang belum punya agama. Hidup mereka nomaden, satu dua tahun kadang pindah tempat. Hidupnya tergantung hasil hutan alam sekitar. Sebagian kecil mereka sudah berpakaian sementara lainya belum banyak yang berpakaian.
Bulan Januari 2017, bulan lalu da’i Hidayatullah mulai menelusuri jejak mereka dan masuk ke hutan. Perjalanan dilakukan menggunakan kapal kayu 8 jam dilajutkan jalan darat dengan naik motor darat sekitar 1/2 hari.
Perjalanan masih dilanjutkan dengan jalan kaki menulusuri sungai sepanjang 10 KM. “Kadang kita melewati sungai yang penuh dengan pulahan buaya di dalamnya,” ujar Nurhadi kepada hidayatullah.com.
Di sana kita ia mengaku bertemu suku pedalaman yang belum punya agama. “Kata mereka di tengah hutan seperti ini masih ada ratusan lagi orang suku yang belum punya agama,” kata Nurhadi.
Di daerah ini, ujar Nurhadi, agama lain juga terus bergerak mendekati orang-orang suku pedalaman. Bahkan mereka punya lapangan terbang untuk trasportasi pesawat-pesawat kecil.
Didukung para dai di Hidayatullah, Nurhadi terus bergerak, mengajari mereka cara kebersihan, wudhu, berpakaian, shalat hingga mengajarkan orang suku ini mengenal Indonesia, pancasila bahkan bendera merah putih.*