Hidayatullah.com— Bebasnya al-Quds (Masjidil Aqsa) dan sepenuhnya telah diuasai oleh Islam terjadi di zaman Khalifah Umar bin Khatab pada abad 17 Hijriyah. Sayang al-Quds hanya dikuasai kaum Muslim hingga 492 bersamaan dengan kedatangan Pasukan Salib yang kedua kali.
Yang menyedihkan, kedatangan Pasukan Salib kedua memasuki al-Quds nyaris tanpa perlawanan. Kala itu, korban dari umat Islam sangat besar. Diperkirakan 30 ribu pencari ilmu terbunuh. Bahkan dalam sejarah disebutkan, darah umat Islam kala itu mencapai lutut tingginya. Inilah salah satu hilangnya al-Quds dari kaum Muslim di tahun 492 H.
Demikian salah satu kajian hadits akhir zaman dan bedah buku “Hakaza Zhahara Jiil Salahuddin wa Hakaza ‘Aadat Al-Quds..” (Beginilah Lahirnya Generasi Shalahuddin dan Beginilah Kembalinya al-Quds) yang disampaikan Dr. Wael Alzard, ahli hadits dari Gaza di Masjid Aqshal Madinah, PP Hidayatullah Surabaya, Jum’at, (26/07/2013).
Kajian hadits ini dihadiri lebih dari 400 ratus orang, terdiri anak-anak, para guru dan masyarakat umum. Kajian hadits yang merupakan salah satu program Silaturahim Ramadhan Imam-imam Suriah dan Palestina ke Indonesia” (SIRAMAN MANIS 1434 H). Program ini sendiri diluncurkan langsung dari Gaza atas kerjasama Masjid ‘Umari Al-Kabir dan Sahabat Al-Aqsha.
Selama bulan suci Ramadhan tahun ini, Sahabat Al-Aqsha mendatangkan imam muda huffazh al-Quran dari dua bagian negeri Syam. 9 imam (8 dari Gaza, 1 dari Suriah). Mereka bermukim di 14 kota Indonesia untuk mengimami shalat tarawih atau qiyamulail serta menyambung tali kasih sayang antara rakyat Indonesia dengan rakyat Suriah dan Palestina.
Dalam kajian yang menarik peminat peserta ini, Dr Wael membacakan beberapa hadits terkait al-Quds, di antaranya;
Dari Abu Dzar bertanya pada Rasulullah, masjid apa yang pertama kali dibangun di atas bumi? “Masjidil Haram,” jawab Rasulullah. Masjid berikutnya Masjidil Aqsha. Berapa lama waktu pembangunan keduanya? “40 tahun”. Selanjutnya beliau bersabda, “Di mana saja kamu berada saat (waktu) shalat telah masuk maka shalatlah karena di sana adalah masjid.” [HR Imam Ahmad]
Dr Wael membeberkan beberapa masalah yang menyebabkan jatuhnya al-Quds dari tangan tentara Salib yang sempat menguasai Kiblat pertama umat Islam selama 90 tahun, kala itu. Menurut pakar hadits ini, di antara sebab-sebab jatuhnya al-Quds di tangan Pasukan Salib ada 3.
Pertama, pecahnya umat Islam dalam kelompok dan Negara-negara kecil. Daulah Fatimiyah, Daulah Ayyubiyah, bahkan sampai Daulah Indonesia. Masing-masing memiliki pemimpin dan khalifah. Bahkan tidak itu, masing-masing saling ingin menguasai daerah lain. Hingga dalam keadaan seperti ini, mereka abai dengan posisi al-Quds.
Pasukan Salib saat itu tahu bahwa umat Islam abai dengan al-Quds, di karenakan masing-masing sibuk berakibat Pasukan Salib memasuki al-Quds nyaris tanpa adanya perlawanan.
“Masing-masing sibuk memikirkan khilafah nya. Yang di Mesir sibuk khilafah, yang di Syam juga sibuk khilafah hingga lupa al-Quds hingga dimasuki Pasukan Salib.”
Kedua, sebab hilangnya al-Quds adalah khilaf nya(persilisihan) para pencari ilmu terhadap masalah fikih, di mana umat Islam tidak mungkin bersatu dalam urusan fikih.
Karena khilaf sangat kuat, di masa itu masalah qunut tidak qunut, masalah jahr atau sirr, masalah membaca al Fatihah atau tidak, persoalan wajah wanita aurat atau bukan. Masalah-masalah ini menyebabkan stigma ahlu bid’ah, fasiq hingga tuduhan kafir. Di masa itu, perbedaan sangat menguat hingga sampai ke masjid. Hingga masjid memiliki mihrab 4, di antaranya mihrab untuk penganut Syafi’i, Hambali, Maliki dan Hanafi.
“Bahkan shalat terjadi 4 kali. Pertama Syafi’i, Hambali begitu seterusnya.”
Akibat khilaf fikih ini merembet dan menyebabkan perpecahan lebih besar. Bahkan antar penganut mazdhab tidak mau mengikuti.
Faktor ketiga, adanya sikap ulama yang ikut memecah-belah umatnya. Ini terjadi karena masing-masing ulama takut kehilangan pengaruh dari para umatnya.
“Mestinya para ulama justru mengajak ulamanya bersatu. Shalat di belakang mahzab Hanafi boleh, di belakang mahzab Hambali, atau Hanafi juga boleh. Hal ini tidak terjadi karena pada saat itu para ulamanya tidak menyampaikan karena takutnya kehilangan pengaruh.”
Akibat faktor-faktor inilah di antara menjadi penyebab lemahnya persatuan dan mudahnya al-Quds diduduki Pasukan Salib.
Meski hanya satu jam, kajian ini tidak membuat para peserta beranjak dari tempat duduknya. Kajian akhirnya dilanjutkan ba’da shalat Ashar dan Shalat Isya’.*
Bagi kaum Muslim di sekitar Surabaya yang ingin ikut kajian ini, silahkan langsung datang di Masjid Aqshal Madinah, PP Hidayatullah, Jalan Kejawan Putih Tambak Surabaya, ba’da shalat Dzuhur, Ashar, Isya’ & Subuh.”