Hidayatullah.com-Presiden Turki melakukan serangan balik dalam perang kata dengan Amerika Serikat (AS) hari Selasa, dengan mengatakan Ankara akan memboikot semua produk elektronik buatan Amerika Serikat.
Tidak memperlihatkan akan mundur dari pendiriannya, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki akan berhenti mengambil iPhones dan akan mulai membeli produk Samsung buatan Korea atau Vestel buatan Turki.
“Jika mereka memiliki iPhone, ada Samsung di tempat lain. Kami memiliki Vestel.” Belum jelas bagaimana Erdogan akan memberlakukan boikot itu.
Selama beberapa hari terakhir, Turki telah mengalami devaluasi nilai mata uang Lira nya, yang telah kehilangan lebih dari 45 persen nilainya terhadap dollar tahun ini.
Lira kembali menguat pada Selasa dari catatan rendah sehari sebelumnya, dibantu oleh langkah-langkah liquiditas baru bank pusat dan berita dari rencana panggilan konferensi di mana menteri keuangan akan berupaya meyakinkan para investor.
Namun para analis telah menyuarakan kekhawatiran atas pengaruh buruk yang lebih luas terhadap pasar dunia. Pada Selasa, rupee India menyentuh titik rendah akibat masalah ekonomi di Turki.
Baca: AS Rancang Kejatuhan Mata Turki, Erdogan: Kami Punya Allah
Para analis mengatakan krisis keuangan telah lama dating dan mencerminkan penolakan Turki menaikkan suku bunga untuk menghentikan inflasi dua digit dan mendinginkan ekonomi yang terlalu panas. Meskipun begitu AS juga berkontribusi terhadap jatuhnya nilai mata uang Lira.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan peristiwa-peristiwa tersebut merupakan tanda bahwa dollar telah usang sebagai mata uang perdagangan global.
“Saya yakin bahwa penyalahgunaan peran US dollar sebagai cadangan mata uang dunia akan mengakibatkan seiring berjalannya waktu melemahnya dan matinya peran itu,” Lavrov mengatakan dalam sebuah konferensi pers di ibukota Turki Ankara.
Lavrov menambahkan bahwa Rusia akan menggunakan mata uang nasional untuk menyelesaikan kesepakatan perdagangan bilateral dengan Turki dan negara lain.
‘Ditusuk dari belakang’
Erdogan, yang menyangkal dasar ekonomi sebagai penyebab melemahnya lira, mengatakan Turki sedang menjadi target perang ekonomi dan telah berulangkali menyerukan rakyatnya untuk menjual uang dollar mereka dan euro untuk menopang mata uang nasional. Dia juga meminta para produsen agar tidak terburu-buru membeli dollar.
Dia juga menyebut AS menusuk Turki “dari belakang”. Erdogan mengumumkan pada Selasa negaranya akan memboikot produk elektronik AS.
“Trump sedang menggunakan sesuatu yang jauh lebih kuat dari senjata nuklir saat ini. Dia pada dasarnya berupaya membuat negara-negara berlutut, dan Turki adalah yang pertama,” kata Aly-Khan Satchu, CEO Rich Management mengatakan pada Aljazeera.
Soner Cagaptay, direktur program penelitian Turki di Washington Institute, mengatakan konfrontasi telah terjadi antara pemimpin dari kedua negara, terutama karena pastor Amerika yang ditahan Turki, Andrew Brunson.
“Ini bukan lagi perselisihan antara birokrasi kedua negara. Sekarang ini adalah pertempuran antara kedua presiden,” katanya.
Cagaptay mengatakan Washington memiliki sebuah “persenjataan sanksi ekonomi” yang siap dikerahkan melawan Turki, yang dia yakini Presiden AS Donald Trump akan terus ditingkatkan hingga Brunson dibebaskan.
Para pebisnis Turki telah meminta kebijakan ekonomi yang lebih ketat untuk memastikan negara memperkecil potensi terus jatuhnya mata uang. Mereka merilis sebuah pernyataan bersama yang meminta “petunjuk jalan yang konkrit” untuk dipersiapkan “untuk menurunkan inflasi secara permanen”, harian Hurriyet melaporkan.
Bank pusat Turki berjanji pada Senin akan menyediakan bank-bank “semua liquiditas yang mereka butuhkan”.
Dampak global?
Dua sekutu NATO itu telah berselisih mengenai beberapa masalah termasuk, kepentingan yang berbeda di Suriah, rencana Ankara untuk membeli sistem pertahanan Rusia dan, baru-baru ini, kasus Pastor Andrew Brunson.
Dia telah dipenjara hampir 20 bulan ketika pengadilan pada Juli memerintahkan untuk memindahkannya ke tahanan rumah. Sejak itu, Trump dan Wakil Presiden Mike Pence telah meminta agar dia segera dibebaskan. Ankara mengatakan keputusan ada di tangan pengadilan, namun Amerika mengancam memberi sanksi Turki. */Nashirul Haq AR