Sambungan artikel PERTAMA
Oleh: James Denselow
Dengan masa depan rezim telah pasti dan koridor ke Syiah Hizbullah di Libanon tidak lagi di bawah ancaman, dapat dikatakan bahwa Teheran telah mencapai salah satu tujuan besar yang mendorong keterlibatan mereka sejak awal.
Lebih dari itu, Teheran dapat menemukan diri mereka dalam sebuah proxy mirip Hizbullah di Suriah, di masa depan.
The Wall Street Journal melaporkan bahwa pada masa jayanya, terdapat 7000 anggota Korp Pengawal Revolusi Iran dan sukarelawan milisi lainnya yang membantu rezim Suriah.
Yang masih tidak jelas adalah apa persisinya peran Iran dalam Pasukan Pertahanan Nasional.
Pasukan tersebut adalah sebuah komponen cadangan pada militer Suriah yang beranggotakan pasukan sukarelawan paruh-waktu yang kabarnya dibentuk oleh Qassem Soleimani, komandan dari Pasukan Quds milik Iran yang bergengsi.
Menurut sebuah laporan baru-baru ini yang dikeluarkan oleh European Council on Foreign Relations, terdapat perbedaan pendapat antara Teheran dan Moskow mengenai pengaturan dan kekuasaan Pasukan Pertahanan Nasional Suriah (NDF), dengan kini Rusia melibatkan diri dengan tentara Suriah, namun Iran berencana untuk menjaga pasukan tersebut sebagai kekuatan independen, dengan gaya yang mirip milisi Syiah Hizbullah di Libanon.
Jadi lagi, dugaan mundurnya Iran dapat dihubungkan dengan kepercayaan bahwa pasukan-pasukan yang tewas adalah orang Suriah yang melakukan tugas bagi Iran, baik secara langsung maupun tidak, dan bukannya warga negara mereka sendiri.
Skenario ini mendukung argumen Amerika mengenai “mundurnya Teheran,” namun dilihatnya dari kacamata konflik dengan negara tetangganya, Iraq.
Dengan Turki menyebarkan pasukan bersenjatanya di utara Iraq dan sebuah pertanyaan tersisa tentang bagaimana dan kapan kota-kota seperti Mosul akan direbut kembali dari kelompok Daulah Islamiyah Iraq wa Syam (ISIS/ISIL), Teheran dapat merasakan bahwa kini adalah waktunya untuk menghindari pertempuran di mana saja dan fokus kepada pertempuran pengaruh di lingkungan rumah mereka.
Dengan rumor tentang meningkatnya pengiriman pasukan Amerika ke Iraq, ini dapat semakin mengkristalkan prioritas-prioritas langsung Teheran.
Kesimpulannya, meski ada sedikit keragu-raguan mengenai pengorbanan yang dikeluarkan oleh Teheran selama hampir 5 tahun mendukung Assad pada konflik ini, pengaruh mereka yang lebih luas di seluruh wilayah – yang salah satunya dipicu oleh kolapsnya Iraq pada 2003 – berarti bahwa prioritas yang bertubrukan, serta kepercayaan diri mengenai efektivitas aliansi non-negara yang kuat, menjelaskan lebih baik mengenai penugasan kembali ini.*
James Denselow adalah penulis masalah-masalah politik dan keamanan Timur Tengah dan seorang partner peneliti di Foreign Policy Centre. Tulisan dimuat di laman Al Jazeera