Hidayatullah.com—Ribuan orang tumpah ke jalan-jalan di Hungaria menuntut penghapusan undang-undang yang dapat memaksa penutupan salah satu dari universitas paling bergengsi di negara itu.
Berdasarkan UU Pendidikan Tinggi berarti Central European University (CEU) tidak dapat mengeluarkan ijazah, sebab perguruan tinggi itu terdapftar di Amerika Serikat.
Demonstran di ibukota hari Ahad (9/4/2017) menginginkan Presiden Janos Ader tidak menandatangani legislasi kontroversial itu, yang disokong oleh pemerintahan sayap kanan Partai Fidesz pimpinan PM Viktor Orban.
Tidak seperti unjuk rasa sebelumnya pada hari Sabtu, orang yang turun ke jalan kemarin bukan hanya mahasiswa, tetapi juga keluarga dan bahkan orang-orang manula. Sedikitnya 50.000 orang ikut dalam aksi itu.
Peserta unjuk rasa damai itu bergerak menyeberangi jembatan bersejarah Chain Bridge menuju gedung parlemen, sambil meneriakkan slogan mendesak Janos Ader meminta judicial review ke Mahkamah Konstitusi untuk RUU yang diloloskan parlemen pekan lalu itu.
Koresponden BBC di Budapest, Nick Thorpe, mengatakan itu kemungkingkinan aksi protes menentang pemerintah terbesar sejak Orban menjabat tujuh tahun lalu.
CEU telah menyatakan tekadnya untuk melawan peraturan baru itu.
CEU didirikan 26 tahun lalu oleh pengusaha keuangan kelahiran Hungaria dari keluarga Yahudi, George Soros. Universitas ini menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar dan menduduki peringkat 200 teratas di dunia dalam 8 disiplin ilmu. CEU dikenal sebagai basis pemikiran liberal di Hungaria.
Soros –pendukung Partai Demokrat AS– merenggangkan hubungannya dengan PM Orban, seorang pendukung kuat Presiden AS Donald Trump. Orban menuding pengusaha itu, yang sering mempermainkan mata uang berbagai negara untuk keuntungan bisnisnya, ingin memiliki peran dalam perpolitikan di Hungaria dan mendukung masuknya migran dalam jumlah besar ke negara itu.
Orban belum lama ini mengatakan Hungaria “dikepung” oleh pengungsi/migran para pencari suaka.
Orban adalah penerima beasiswa yang disponsori Soros, sehingga dia bisa menuntut ilmu di Universitas Oxford. Keduanya dulu bersekutu, tidak lama setelah runtuhnya komunisme di tahun 1989.*