Hidayatullah.com—Pertumbuhan asuransi syariah (takaful) global diprediksi mencapai 30% sepanjang tahun ini.Pasar ekonomi yang semakin baik dan kesadaran pertanggungan menjadi alasan di balik pertumbuhan sebesar itu.
Demikian ramalan pertumbuhan yang diungkapkan Ernst & Young pada April ini.
”Pertumbuhan 30% setara dengan USD8,9 miliar. Sepanjang 2009, pertumbuhannya mencapai USD5,3 miliar,” sebut laporan yang dirilis Ernst & Young.
Laporan tersebut mengungkapkan, pertumbuhan industri asuransi syariah bakal didorong oleh Uni Emirat Arab dan Indonesia. Kedua negara ini dinilai sebagai pasar asuransi syariah yang bergerak paling cepat dibanding pasar asuransi syariah lainnya.
Menurut catatan Ernst & Young, pertumbuhan asuransi syariah di Uni Emirat Arab dan Indonesia mencatatkan nilai pertumbuhan sebesar 39% sepanjang 2005– 2008.
Pertumbuhan asuransi syariah di Uni Emirat Arab merupakan tercepat global yakni 135%, sedang Indonesia mencapai 35% per tahun atau tercepat dari seluruh Asia. Dilihat dari ukuran pasarnya sendiri, Arab Saudi dan Malaysia menjadi pasar asuransi syariah terbesar di dunia.Kedua negara mencatatkan aset masing-masing industri takaful senilai USD2,9 miliar dan USD900 juta sepanjang 2008. Di tengah keduanya, Sudan muncul sebagai pasar yang paling signifikan di luar Kawasan Teluk dan Asia Tenggara dengan kontribusi senilai USD280 juta sepanjang 2008.
”Namun secara global,performa industri merupakan kontribusi seluruh pasar (asuransi syariah).
Nilai imbal hasil tertinggi sebetulnya diraup pasar kawasan teluk, sedang operator Malaysia mencatatkan stabilitas dengan pendapatan underwriting yang lebih baik,” tutur Head of Ernst & Young’s Middle East Islamic Financial Services Group Sameer Abdi.
Meski demikian, sambungnya, pertumbuhan industri asuransi syariah global di berbagai negara menunjukkan tren pertumbuhan cukup menarik. Efisiensi operasional industri juga relatif bisa direalisasikan dengan rasio rata-rata efisiensi seluruh perusahaan asuransi syariah Kawasan Teluk hingga 72% sepanjang 2009. ”Angka-angka (pertumbuhan dan efisiensi) ini sepertinya menunjukkan bahwa industri asuransi syariah sementara ini
sepertinya tidak terhambat di pasarnya. Prospek dalam jangka panjang sangat positif,” papar Sameer Abdi.
Dalam laporan disebutkan, persyaratan wajib asuransi kesehatan di Arab Saudi telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dalam asuransi kesehatan keluarga.
Pertumbuhannya bahkan diperkirakan mencapai 49% dari total kontribusi bruto asuransi syariah kawasan Timur Tengah. Sementara itu, asuransi takaful keluarga dan kesehatan diperkirakan hanya menyediakan 5% dari total kontribusi industri.
Di Asia Tenggara, asuransi takaful keluarga dan kesehatan tumbuh paling tinggi hingga 73% dari total kontribusi bersih pada 2008. Kontribusi dari keluarga takaful di pasar ini jauh lebih tinggi dan menyumbang 73% dari kontribusi bersih di Malaysia sepanjang tahun yang sama.
Khusus di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, sebut laporan tersebut, pertumbuhan industri asuransi syariah di masa depan yang kuat terjadi seiring tingginya tingkat pertumbuhan PDB riil. Ini juga didasarkan penurunan jaring pengaman yang diberikan pemerintah, penetrasi asuransi yang rendah, dan demografi yang menguntungkan. Meski demikian, industri asuransi syariah diproyeksikan mengalami tantangan konsolidasi terkait peningkatan permodalan dan kualitas layanan yang ditawarkan oleh perusahaan Takaful.
Director of Middle East Insurance pada Ernst & Young Justin Balcombe mengatakan, ini dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja industri di tahun-tahun berikutnya.
”Sementara pertumbuhan industri tetap kuat, tantangan bagi operator saat ini adalah menyeimbangkan keuntungan melalui tahun-tahun awal pembangunan mereka,”tambahnya.
Meski begitu,tutur Balcombe, tantangan utama bagi industri asuransi syariah global adalah masih berlangsungnya kekurangan tenaga profesional di semua bidang utama seperti underwriting, manajemen risiko,klaim dan teknologi. Padahal, underwriting kerugian misalnya,seharusnya menjadi perhatian utama kalangan operator.
Di tempat terpisah, para 350 pemimpin industri asuransi syariah global melangsungkan pertemuan bertajuk ”The 5th Annual World Takaful Conference”. Di antaranya Managing Director Noor Takaful & Deputy Group CEO Dr Ahmed Al Janahi,Vice Chairman & Chief Executive Officer SALAMA Group Dr Saleh J Malaikah, Chief Operating Officer Dubai Islamic Insurance & Reinsurance (AMAN) Mohammed Iqbal Mankani, and Global Head HSBC Amanah Commercial Banking, HSBC Bank Middle East Sandeep Sachdeva.
Para pemimpin industri syariah dari berbagai negara ini mendiskusikan tentang instrumen diagnostik yang bisa mendorong pertumbuhan industri dengan meninjau kembali perkiraan pertumbuhan Takaful dan menawarkan jalan praktis dalam merealisasikan pertumbuhan diproyeksikan.
Terkait pertemuan tersebut Chief Executive Officer Takaful Re Limited Chakib Abouzaid mengatakan, industri asuransi Islam terus menghadapi rintangan peraturan dan operasional.Tantangan ini menjadi lebih rumit oleh kenyataan bahwa peraturan Takaful masih dalam tahap pembangunan dalam beragam yurisdiksi di seluruh dunia.
”Dengan resesi barubaru ini dan pertanyaan tentang keuangan syariah pada umumnya, industri takaful khususnya operator takaful yang profesional,”katanya. [sin/hidayatullah.com]