Hidayatullah.com– Yang menarik pada pertarungan politik saat ini jelang Pilpres 2019, menurut pengamat Lutfi Sarif Hidayat, adalah perang di dunia maya melalui tanda pagar (tagar/hashtag) yang sangat menonjol.
Ada beberapa tagar dari kedua belah pihak, yang menurutnya sedikit banyak menuai kontroversi. Sebut saja #2019GantiPresiden, #2019PrabowoSandi, #2019TakutDiganti, #Jokowi2Periode, #2019JokowiMaruf, dan seterusnya.
Lebih menarik lagi, menurut Direktur Civilization Analysis Forum (CAF) ini, jika difokuskan pada tagar #2019GantiPresiden.
Alasannya, pertama, tagar ini muncul jauh sebelum adanya kepastian semua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
Artinya, terang Lutfi, tagar ini muncul sebagai anti-tesis terhadap kepemimpinan presiden yang menjabat, yakni Joko Widodo.
“Bisa dimaknai tagar ini untuk mengkritik Jokowi selaku petahana, bahwa pada periode mendatang Jokowi diharapkan tidak menjadi presiden untuk kedua kalinya,” ujarnya kepada hidayatullah.com di Jakarta lewat rilisnya, Rabu (06/09/2018).
Baca: Pembagian Zamzam Berkemasan #2019GantiPresiden, Kemenag Pastikan Bukan Jamaah Reguler
Kedua, tagar ini tidak sekadar pernak-pernik dunia media sosial. Tagar ini sudah menjadi sebuah gerakan politik. Di berbagai tempat sudah banyak berlangsung deklarasi gerakan ini. Kaos dan segala asesoris lainnya bermunculan dan bertuliskan tagar ini.
Di media sosial pasukan-pasukan gerakan ini begitu banyak dan terbilang bergerak dengan solid. Meski di beberapa titik mendapat pengadangan, pelarangan, dan persekusi.
“Namun, gerakan ini justru akan menjadi seperti bola salju yang akan terus membesar. Sebab akan semakin viral. Kemudian banyak masyarakat mengetahuinya. Dan pada akhirnya masyarakat semakin penasaran,” ujarnya.
Ketiga, tagar ini bertepatan diinisiasi dan dideklarasikan oleh tokoh politik dari salah satu partai politik yang ada. Sehingga petanya akan sangat mudah dibaca.
Secara alami, menurutnya, kebanyakan orang akan menempelkan gerakan ini menjadi salah satu alat penggerak bagi Prabowo Subianto untuk mendapatkan dukungan. Sebab, partai politik dimana inisiator dan deklarator gerakan ini bernaung menjadi salah satu pengusung pasangan calon presiden-calon wakil presiden Prabowo-Sandiaga Uno.
Keempat, masih terang Lutfi, tagar atau gerakan #2019GantiPresiden ini aman secara hukum formal di negeri ini. Sudah dinyatakan oleh pihak terkait yakni KPU dan Bawaslu jika tagar ini dan bahkan deklarasi gerakan ini tidak termasuk kampanye.
“Artinya tidak melanggar hukum, dan merupakan bagian dari aspirasi yang demokratis. Tentu ini akan sangat menarik,” imbuhnya.
Kelima dan terakhir. Hal yang paling menarik dan sedang hangat-hangatnya diperbincangkan oleh publik adalah pertanyaan siapa sebenarnya yang menunggangi tagar dan gerakan ini. Siapa sebenarnya di balik tagar dan gerakan ini.
Ini kata dia menjadi perdebatan serta bahan spekulasi. “Dan bahkan kadang saya menilai menjadi alasan untuk memfitnah dan menuding pihak-pihak tertentu,” imbuhnya.
Bagaimana menjawabnya?
Lutfi menerangkan. Jika ada pihak baik organisasi, lembaga, elit, kelompok masyarakat, atau siapapun yang mendukung dan sepakat dengan gerakan #2019GantiPresiden. Maka, tidak secara otomatis pihak tersebut ada pihak di balik gerakan tersebut.
Adalah naif ketika menyimpulkan dan menuding pihak tertentu dengan dalih sama dalam aspirasi. Sebab, adanya sikap sepakat dan mendukung sebuah gerakan apapun adalah bagian dari pilihan sikap politik siapapun yang secara legal tidak dilarang.
Secara singkat, ia menjelaskan, gerakan #2019GantiPresiden ditunggangi oleh realitas negeri ini.
Baca: Persekusi #2019GantiPresiden, DPR akan Panggil Kapolri-Kepala BIN
“Berupa adanya kemiskinan, ketidakadilan, ketidakberpihakan, kesenjangan, potensi krisis ekonomi, eksploitasi sumber-sumber ekonomi bukan untuk kepentingan masyarakat, janji-janji kosong para oknum pejabat, maraknya korupsi, gagal mengelola iklim kenyamanan hubungan horizontal di tengah masayarakat, kesan represif dan intoleransi, maraknya persekusi dan segala keprihatinan lainnya dari kondisi negeri,” paparnya.
Semangat itulah, sebutnya, yang menggerakan masifnya gerakan tersebut. Bukan oleh pihak-pihak tertentu. Benar bahwa ada yang menginisiasi dan mendeklarasikannya. Akan tetapi, bergabungnya banyak relawan dari gerakan ini, semata karena kesamaan semangat perbaikan.
Baca: Aburizal Bakrie Tolak Keras Cara Premanisme Terhadap #2019GantiPresiden
Karena bukan sesuatu yang terlarang, ketika mereka kemudian menyimpulkan bahwa salah satu cara menyelesaikannya adalah dengan adanya pergantian pemimpin. Itu adalah aspirasi mereka. Itu adalah hak mereka dan sikap politik mereka.
“Kurang lebih ini yang bisa saya baca dengan menggunakan kaca mata dari mereka sebagai orang-orang yang secara langsung terjun dalam gerakan #2019GantiPresiden selama ini. Lalu posisi saya? Pengamat saja, dan ikut sinergi pada setiap kegiatan baik untuk negeri serta mendapatkan ridha dari Allah Subhanahu Wata’ala,” pungkasnya*
Baca: Inisiator #2019GantiPresiden Menghormati Aksi Lain Meski Berbeda