Hidayatullah.com– Puluhan pemuda duduk lesehan di tepi sebuah hutan jati, Gresik, Jawa Timur, dengan beralaskan dedaunan. Di pangkuan mereka sebuah buku catatan, dengan pena di tangan sebelah kanan.
Sorot mata mereka fokus memperhatikan sosok laki-laki bergamis merah dengan paduan topi warna hitam, bertuliskan kalimat tauhid di kepalanya.
Sesekali, tangan para pemuda itu nampak asyik menari-nari di atas lembaran kertas, mencatat apa yang disampaikan oleh sosok di hadapan mereka.
Sekelompok pemuda itu adalah kumpulan anggota kepenulisan yang terhimpun dalam komunitas PENA (Penulis Muda Indonesia).
Sore itu, Sabtu (01/12/2018) untuk pertama kalinya, mereka mendapat arahan dari Koordinator PENA Jawa Timur, Khairul Hibri.
Dalam pemaparannya, koresponden beberapa media Islam itu mempertajam visi-misi anggota dalam terjun di dunia kepenulisan.
“Jangan sampai salah niat. Karena itu bisa melemahkan semangat juang dalam belajar menulis,” ia mewanti-wanti.
Sebagai Muslim, sambung wartawan majalah Mulia ini, niatkanlah segala sesuatunya untuk ibadah. Termasuk dalam mendalami dunia olah kata ini.
“Dengan prinsip itu, kita yakini, bahwa setiap goresan pena yang kita buat, itu akan mampu menembus langit, sekalipun gagal terbit di media. Akan ada nilainya di sisi Allah,” gugahnya.
“Hal inilah yang membuat seseorang pantang menyerah dalam belajar menulis.”
Selain itu, pria asal Lampung ini juga menjelaskan, bahwa setiap orang, tanpa terkecuali memiliki peluang yang sama untuk menjadi penulis profesional.
Lulusan STAI Luqman al Hakim itu pun menyodorkan pengalamannya, bahwa ia pernah mewawancarai seorang remaja tunanetra, asal Bojonegoro, yang telah meluncurkan sebuah novel, yang berkisah tentang perjalanan hidupnya.
Selain doa, ketekunan dan kesungguhan menjadi modal utama anak itu sukses meniti karir di dunia tulis menulis.
“Sesering mungkin orang berlatih, maka akan semakin mahir kedepannya,” simpul salah satu penulis buku ‘Santri Menulis’ itu.
Ditanya secara terpisah, Albani, salah seorang peserta asal Bandung, Jawa Barat, mengungkapkan kebahagiaannya bisa tergabung dalam komunitas PENA.
“Alhamdulillah senang. Ini juga sebagai wahana memperluas wawasan. Karena sebelum menulis, kita pun dituntut untuk banyak membaca,” ungkapnya.* Robinsah