Oleh: Dr. Nashirul Haq
SUDAH biasa, ketika Muslimin di suatu negeri semakin taat menjalankan tuntunan agamanya di segala bidang, ada pihak-pihak yang memberikan berbagai tuduhan kepada mereka: politis, radikalis, teroris.
Muslimin Uighur (Uyghur) atau juga disebut Turkistan mengalami hal yang sama. Menurut Uighur American Association, jumlah Muslimin Uighur di provinsi Xinjiang saat ini lebih dari 15.000.000 jiwa. Kelompok suku Muslim terbesar di daratan China.
Rezim Komunis China khawatir, kekuatan Muslimin Uighur yang berkembang cepat secara ekonomi dan politik akan mengancam kekuasaan partai tunggalnya.
Baca: Indonesia Diminta Berperan Lebih Strategis Hentikan Diskriminasi China atas Uighur
Sejak Partai Komunis China berkuasa di daratan China, Muslimin Uighur salah satu kelompok suku yang merasa ditindas. Mereka bersabar. Mereka mempertahankan iman dan tradisinya. Tradisi yang sudah hadir di kawasan yang bernama Xinjiang sejak abad ke-10 Masehi. Jauh lebih tua dari Republik Rakyat China Komunis.
Secara sosio-demografis wajar jika jumlah Muslimin semakin banyak. Wajar pula kalau nilai-nilai Komunis bertabrakan dengan nilai-nilai aqidah dan syariah Islam.
Rezim Komunis China tidak harus merespon pertumbuhan dan aspirasi politik Muslimin Uighur dengan sikap keras. Umat Islam di manapun berada akan memperkuat masyarakat tempat bermukimnya, asalkan aqidah mereka tidak dinodai dan Islam bisa mereka jalankan di segala bidang.
Rezim Komunis China seharusnya membuka pintu dialog dan menghentikan kekerasan. Inilah solusi mengatasi krisis di Uighur. Di dunia yang serba terbuka secara informasi, tak ada tindakan jahat yang tak terpantau atau terekam oleh masyarakat dunia. Kezhaliman hanya akan mengundang bencana untuk semua, termasuk untuk rezim Komunis sendiri.
Namun agaknya, sampai hari ini, solusi tersebut tidak dilakukan oleh Pemerintah Komunis China. Karena itulah wajarlah bila dunia memprotes sikap keras kepala pemerintah China tersebut, termasuk di Indonesia. Kemarin (Jum’at, 21 Desember 2018), kaum Muslim di sejumlah kota di Indonesia turun ke jalan melakukan unjuk rasa. Mereka ikut merasakan sakit yang diderita saudara mereka di Uighur.
Baca: Sekjen MUI: Indonesia Tak Boleh Tinggal Diam Soal Uighur
Kepada Saudara-saudara kami Muslimin Uighur, semoga Allah kuatkan iman dan kesabaran kalian. Pertolongan Allah itu dekat. Semoga Allah lekaskan pertolongan itu dan ringankan penderitaan kalian.
Kepada rakyat Indonesia, Allah sedang menguji iman kita untuk dibuktikan, apakah asli iman kita ini. Jika merasa Muslimin Uighur itu saudara, lalu kita melakukan apapun yang bisa kita lakukan untuk bela mereka, aslilah iman kita.
Jangan bersikap lemah kepada kezhaliman. Negara ini didirikan untuk menjaga kemerdekaan warganya dan warga dunia. Semoga Allah menggerakkan hati para pelaksana amanah di negara ini untuk melakukan sesuatu yang positif yang akan dikenang dalam sejarah sebagai sikap pembelaan yang bermartabat. Dimulai dari memulangkan Duta Besar China. Wallahu a’lam.*
Ketua Umum DPP Hidayatullah