Hidayatullah.com– Perdana Menteri Malaysia, Dr Mahathir Mohammad mengatakan dirinya diminta tetap melanjutkan kepemimpinannya sampai akhir masa jabatannya. Namun ia telah berjanji untuk tetap menyerahkan kekuasaan kepada Ketua Partai Keadilan Rakyat (PKR), Anwar Ibrahim sesuai kesepakatan mereka sebelum pemilu Mei lalu.
Dalam pidatonya dalam Rapat Umum Tahunan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) pada 30 Desember, Ketua Partai Bersatu ini menjelaskan bahwa tujuan oposisi sebelum Pemilu 2018 adalah untuk menjatuhkan kepemimpinan Najib Razak, dan ini tidak dapat dilakukan hanya dengan dukungan para pemilih Melayu semata.
“Suatu ketika kami adalah oposisi, kami membentuk sebuah partai dan kami berharap bahwa partai tersebut akan dapat mendukung orang Melayu. Tetapi jika kita hanya bisa mendukung orang Melayu tanpa pihak lain, saya tidak yakin kita bisa menang, “katanya dikutip Kantor Berita Bernama, Malaysia, Ahad (30/12/2018).
Menurut Dr Mahathir, kemenangan Koalisi Pakatan Harapan (PH) dalam Pemilu lalu hanya bisa diraih dengan dukungan pihak lain.
“Kami telah bernegosiasi dengan rekan-rekan kami dan salah satu syarat yang diberlakukan adalah bahwa perdana menteri dan mantan musuh mereka begitu sementara menjadi perdana menteri.
“Tetapi yang lebih penting adalah Najib. Untuk ini kita harus berkorban, saya perlu berkorban dan menerima syarat karena yang utama bukanlah menjadi perdana menteri tetapi untuk menjatuhkan Najib, “katanya.
“Saya harus menerima syarat untuk menyingkirkan Najib dan kami tidak bisa melakukan apa pun selama Najib berkuasa,” kata Mahathir di depan sekitar 1.900 delegasi.
“Itulah sebabnya kita duduk bersama, dan berpelukan di antara musuh lama. Hal itu terlihat sangat aneh pada waktu itu tapi sekarang terlihat normal ketika Anda melihat saya duduk dengan musuh saya dalam satu meja yang sama,” sebagaimana dikutip The Strait Times pada Senin (31/12).
Baca: PM Malaysia Mahathir Mohamad Gelar Kunjungan Resmi ke Indonesia
Mahathir mengakui pada awalnya ia tampak canggung duduk bersama mantan musuh (Dr Anwar Ibrahim, red). Namun seiring berjalannya waktu, itu dinilai menjadi hal biasa.
“Tetapi Alhamdulillah karena kami bersedia menerima beberapa dari syarat-syarat ini, kami menang. Kami tidak berpikir kami menang. (Sebelumnya) ketika ditanya apakah kami mungkin menang, jawaban saya adalah 50-50.
“Sampai akhir, saya tidak yakin kita bisa menang. Tapi terima kasih kepasa Allah untuk semua pujian untuk Allah, kami menang. Pengorbanan yang kami lakukan telah menghasilkan, “katanya.
Dalam pidatonya itu, Mahathir menegaskan perjuangan memerlukan pengorbanan dan penerimaan. Menurutnya, jika mengedepankan ego masing-masing, partainya tidak akan mendapatkan apa-apa terutama dalam pemilu kemarin.
Pidato Mahathir tersebut menjawab spekulasi selama ini terkait apakah pria 92 tahun itu akan menepati janjinya kampanye atau tidak.*