Hidayatullah.com–Tradisi bepergian dan berkumpul bersama keluarga, kerabat dan teman yang biasa dilakukan orang di masa liburan Natal akan meningkatkan penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, bahkan di kalangan masyarakat yang sudah divaksinasi lengkap, menurut pakar penyakit menular ternama Amerika Serikat Dr Anthony Fauci.
”Tidak diragukan lagi tentang hal ini, [Omicron] memiliki kemampuan penyebaran yang sangat luar biasa,” kata Dr Anthony Fauci dalam acara Meet the Press di stasiun televisi NBC hari Ahad (19/12/2021) seperti dilansir BBC.
Dr Fauci, yang saat ini menjabat penasihat pemerintah AS untuk urusan pandemi, mengatakan varian Omicron saat ini sedang merajalela di seluruh belahan dunia.
Dia mengatakan penyebaran Omicron yang begitu cepat di AS bisa jadi menimbulkan dampak serius terhadap pelayanan kesehatan di seluruh negara itu.
“Rumah sakit kami, jika keadaannya berlanjut seperti sekarang, akan sangat tertekan,” ujarnya memperingatkan.
Pakar penyakit menular itu mengatakan bahwa warga masyarakat perlu mengambil tindakan pencegahan seperti mengenakan masker dan menjaga jarak. Dia juga mendorong agar warga Amerika disuntik vaksin dan mendapatkan suntikan penguat (booster).
“Perbedaan antara orang yang divaksinasi dan yang mendapatkan suntikan penguat yang terkena infeksi, dan orang yang terinfeksi tetapi sama sekali belum divaksinasi — perbedaannya sangat besar ditinjau dari risiko keparahannya,” papar Fauci.
Dalam keterangan pers hari Jumat di Gedung Putih, Dr Fauci mengatakan orang yang tidak divaksinasi lebih berpeluang mengalami risiko infeksi serius dan rawat inap yang jauh lebih tinggi.
Hampir 73% populasi AS telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Sejauh ini, hampir 30% telah mendapatkan suntikan booster.
Sejauh ini CDC memperkirakan varian Omicron mencakup sekitar 3% dari kasus infeksi yang ada saat ini, sebagian besar tercatat di negara bagian New York.
Sejak awal pandemi, AS telah mencatat lebih dari 50 juta kasus coronavirus, dan lebih dari 800.000 kematian terkait Covid-19.*