Hidayatullah.com–Penguasa AS di Iraq mengumumkan bahwa 4 anggota marinir AS tewas selama dua hari lalu di propinsi Al-Anbar sebelah barat Baghdad. Sementara seorang pejabat tinggi AS mengatakan bahwa telah ditemukan kemarin, Selasa (13/04) 4 jenazah yang tidak diketahui identitasnya.
Bush mengatakan militer Amerika bersiap-siap menggunakan kekuatan yang ampuh di Iraq, tempat pasukannya menghadapi pejuang Islam Iraq di dua front.
Dia mengatakan hal ini saat 2500 pasukan Amerika bersiap-siap beraksi melawan para pendukung ulama Syi’ah Moqtada Sadar di selatan kota suci Najaf.
Pada saat yang sama, pasukan koalisi pimpinan AS menambah kosentrasi militer di sekitar kota Najaf sebagai persiapan kemungkinan melakukan serangan militer untuk kembali menduduki kota tersebut dari para pendukung pemimpin muda Syi’ah Muqtada Al-Sadr. Dengan tambahan lagi, membunuh atau menangkap tokoh muda Syi’ah itu.
Pernyataan penguasa pendudukan di Iraq hari ini, Rabu (14/04) mengatakan:”Empat anggota marinir baru-baru ini tewas dalam sebuah tugas melawan pasukan penentang (gerilyawan pejuang Iraq, red) di propinsi Al-Anbar,” propinsi yang terletak didalamnya kota Fallujah.
Dukungan Iran
AS meminta Iran membantu meredakan kekerasan di Iraq. Permintaan itu disampaikan setelah pasukan koalisi pimpinan AS tidak mampu meredam aksi perlawanan rakyat Iraq sejak minggu lalu.
“Ada permintaan bantuan dalam situasi yang meningkat itu dan guna memecahkan krisis itu, dan kami sedang berusaha,” kata Menteri Luar Negeri Iran Kamal Kharazi, usai sidang kabinet di Teheran, kemarin.
Kharazi menambahkan bahwa permintaan itu disampaikan secara tertulis oleh Washington. Pertukaran komunikasi tertulis antara Washington dan Teheran itu, kata Kharazi, dilakukan melalui Kedutaan Besar Swiss di Teheran, karena antara kedua negara tidak ada hubungan langsung.
Iran dan AS memutuskan hubungan diplomatik setelah Revolusi Islam 1979, yang diikuti pendudukan Kedutaan Besar AS di Teheran oleh mahasiswa garis keras dan stafnya disandera selama 444 hari.
Sebelumnya, kantor berita resmi Iran IRNA mengatakan seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri dikirim ke Iraq, kemarin, untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat koalisi, politikus, dan tokoh agama Iraq.
“Direktur Kementerian Luar Negeri Urusan Teluk Hossein Sadeghi berangkat ke ibu kota Irak untuk melihat kejadian yang ada dan berupaya menemukan cara untuk memecahkan krisis tersebut,” kata IRNA.
Di Iraq, seorang pembantu dekat pemimpin Syiah Muqtada al-Sadr mengatakan delegasi Iran tersebut telah tiba di Bagdad dengan misi utama menjembatani konflik antara pasukan koalisi dan pendukung Al-Sadr.
“Kami akan bertemu mereka dan delegasi itu mungkin juga akan bertemu Sayyed Sadr,” kata Haidar Aziz, penerjemah Al-Sadr.
Sadar sendiri tetap teguh akan melakukan perlawan pada AS dan bersumpah akan melanjutkan revolusi rakyat menentang pasukan penjajah.
“Saya hanya takut pada Tuhan,” kata Sadar kepada stasiun televisi Libanon hari Selasa kemarin. “Saya siap mengorbankan darah saya pada negara ini”.
Dua marinir AS terbunuh pada Senin (12/04) dan dua lainnya terbunuh kemarin, Selasa. Hingga hari ini, tidak kurang telah 600 lebih jiwa rakyat Iraq melayang akibat keganasan tentara AS di negeri 1001 malam itu. (afp/bbc)