Hidayatullah.com-Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Masurdi kembali menegaskan sikap Indonesia dalam membela Palestina dan menentang penjajahan ‘Israel’. Ia mengungkapakan langkah-langkah yang telah diambil Indonesia belakangan ini terutama dalam menanggapi rencana pencplokan Tepi Barat Palestina oleh ‘Israel’.
“Indonesia termasuk yang pertama menentang (rencana pencaplokan ‘Israel’). Saya menulis surat kepada berbagai menteri luar negeri dari lebih 40 negara, mulai dari anggota Dewan Keamanan PBB, Liga Arab, Gerakan Non Blok, OKI, dan sebagainya. Yang mengajak untuk menentang aneksasi tersebut. Respon positif didapat,” ujarnya dalam webinar internasional yang diadakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) bertajuk “Stop Israel’s Imperialism” pada Kamis (16/07/2020).
Bersama Tunisia dan Afrika Selatan, Indonesia juga menginisiasi pertemuan di Dewan Keamanan PBB dalam menolak pencaplokan. Selain itu, Retno Masurdi juga mengungkapkan bahwa pertemuan OKI harus menjadi penggerak mobilisasi dalam menolak pencaplokan. Negara-negara anggota harus bergerak secara kolektif mendukung Palestina dan menentang Israel, ia menegaskan.
Menurut Retno Masurdi, ada dua hal yang perlu diperhatikan mengenai usaha menentang rencana pencaplokan ‘Israel’ ini. Pertama, adalah aspek tantangan. Ia mengatakan bahwa, secara jujur, tantangan perjuangan bangsa Palestina sangatlah besar dan akan semakin besar. Proposal Amerika Serikat yang disebut “kesepakatan abad ini” dan rencana pencaplokan formal ‘Israel’ mengancam eksistensi Palestina sebagai bangsa.
“Walau ditunda, saya yakin Israel akan melanjutkannya (rencana pencaplokan). Israel saat ini terhenti karena tertekan oleh dunia internasional. Itulah pentingnya persatuan dalam menghadapi masalah ini,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa pencaplokan de facto ‘Israel’ sejatinya memang telah berlangsung di Palestina. Tapi apabila pencaplokan formal terjadi, tindakan unilateral tersebut akan menjadi preseden buruk yang membuat negara-negara kuat kemudian akan merasa ringan untuk berbuat sewenang-wenang terhadap kedaulatan negara lain.
Kedua, strategi dan peran Indonesia ke depan. Menurut Retno, hanya ada satu opsi bagi Indonesia dan seluruh bangsa. Yakni, menunjukkan persatuan kolektif dalam menolak kejahatan ‘Israel’.
“Yang diperlukan adalah political will untuk menjalankan resolusi PBB oleh dunia internasional,” ia berujar.
Selain persoalan rencana pencaplokan, Retno juga menyoroti persoalan pandemi Covid-19 di Palestina. Ia menuntut komunitas internasional untuk memberikan perhatian khusus pada penangana pandemic Covid-19 di Palestina.
Indonesia telah menunaikan komitmen dengan menyampaikan bantuan senilai 1 juta USD dan 500 ribu USD melalui Palang Merah Internasional, Menlu melaporkan. Selain itu, Indonesia juga menandatangani MoU dengan kota Hebron di Palestina untuk membangun Rumah Sakit dan memeperluas yang sudah ada. Dan masih banyak bantuan lain, ungkap Retno, yang telah disampaikan dalam satu dekade ini, baik dari pemerintah maupun berbagai NGO di Indonesia.
“Semua bantuan itu menunjukkan tingginya kepedulian terhadap Palestina,” katanya.
Terakhir, Menlu Retno Masurdi menutup sesinya dalam acara tersebut dengan membacakan pernyataan Ir. Sukarno:
“Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.”*