Hidayatullah.com– Amerika Serikat sudah menarik pasukannya dari dua lagi pangkalannya di Suriah bagian timur laut, sementara pasukan Kurdi Suriah khawatir keadaan itu akan memunculkan kembali kelompok bersenjata ISIS alias Daesh.
Reporter Reuters yang mengunjungi pangkalan Al-Wazir dan Tel Baydar pada pekan lalu mendapati sebagian besar tempat itu kosong, hanya ada sejumlah kecil penjaga dari Syrian Democratic Forces (SDF) – gabungan sejumlah milisi Suriah yang dipimpin Kurdi yang didukung Amerika Serikat dalam memerangi ISIS. Tidak tampak pasukan AS di sana.
Kamera-kamera yang digunakan di kedua pangkalan yang diduduki oleh koalisi militer pimpinan AS itu sudah dicopot, dan kawat-kawat berduri di perimeter luar pangkalan tidak lagi terikat kencang, tampak melorot.
Seorang politisi Kurdi yang tinggal di salah satu pangkalan itu mengatakan di sana sudah tidak ada lagi pasukan Amerika Serikat.
SDF yang berjaga di pangkalan mengatakan tentara AS sudah angkat kaki tetapi menolak untuk memberitahu kapan mereka pergi.
Pentagon juga menolak untuk memberikan penjelasan, lapor Reuters Rabu (18/6/2025).
Ini merupakan konfirmasi pertama di lapangan yang dilakukan oleh awak media yang memastikan bahwa tentara AS sudah meninggalkan pangkalan Al-Wazir dan Tel Baydar di Provinsi Hasaka.
Dengan demikian sedikitnya sudah empat pangkalan di Suriah yang ditinggalkan oleh tentara AS sejak Donald Trump dilantik sebagai presiden pada Januari 2025.
Bukan ini pemerintahan Trump mengatakan akan mengurangi kehadiran militernya di Suriah menjadi satu pangkalan dari delapan yang ada di bagian timur laut Suriah yang dikontrol SDF.
New York Times pada bulan April melaporkan bahwa jumlah tentara AS yang ditugaskan di Suriah akan dikurangi dari 2.000 menjadi 500.
SDF tidak memberikan jawaban ketika ditanya tentang jumlah tentara AS dan pangkalan mereka yang masih buka di bagian timur laut Suriah.
Namun, komandan SDF Mazloum Abdi, yang berbicara kepada Reuters di pangkalan AS di Al Shadadi, mengatakan bahwa kehadiran hanya beberapa ratus tentara di satu pangkalan saja “tidak mencukupi” untuk menaklukkan ISIS alias IS.
“Ancaman IS belakangan ini kembali meningkat. Namun, beginilah rencana militer AS. Kami sudah mengetahuinya sejak lama … dan kami berupaya bersama mereka untuk memastikan tidak ada celah dan kami masih bisa menekan IS,” kata Abdi.
Berbicara kepada Reuters pada hari Jumat beberapa jam sebelum serangan Israel atas Iran dilancarkan, Abdi menolak memberikan komentar tentang apa kiranya dampak konflik baru Israel-Iran terhadap Suriah. Dia hanya berkata bahwa pihaknya berharap konflik itu tidak meluas ke Suriah dan dirinya merasa aman tinggal di pangkalan AS.
Abdi mengatakan sel-sel ISIS bangkit kembali sejak rezim Bashar Assad tumbang pada Desember 2024. Mereka bermunculan di sejumlah kota termasuk Damaskus. Tidak hanya itu, para petempur asing yang dulu ikut memerangi rezim Bashar dan kelompok pendukungnya sekarang banyak yang bergabung dengan ISIS.
Abdi mengatakan petempur ISIS menjarah amunisi dari gudang-gudang tentara rezim Assad di tengah kekacauan yang terjadi saat diktator itu digulingkan.
Sejumlah petinggi Kurdi mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok ISIS sudah mulai bergerak secara terbuka di sekitar pangkalan-pangkalan AS yang belum lama ini dikosongkan, termasuk yang terletak di dekat kota Deir Ezzor dan Raqqa, yang pernah menjadi basis kekuatan ISIS Di daerah-daerah yang dikontrol pasukan Kurdi di SDF di timur Sungai Eufrat, kelompok ISIS melancarkan serangkaian serangan yang menewaskan sedikitnya 10 petempur SDF dan personel pasukan keamanan Suriah, papar Abdi.
Serangan yang dilancarkan ISIS antara lain berupa ledakan bom yang menarget konvoi truk tangki minyak di jalan dekat pangkalan AS di mana Abdi diwawancarai oleh Reuters.*