Hidayatullah.com–Janjaweed, pemimpin milisi yang oleh pemerintah dituduh menggerakkan pemberontakan dan instabilitas di Darfur, Sudan beberapa bulan ini, selain dituduh melakukan tindakan teror, juga dituduh telah menculik para wanita dan anak-anak lalu menjadikannya sebagai budak seks.
Dua wanita-wanita muda, seseorang sedang membawa bayi, yang tiba desa Kour mengaku mereka telah diculik kemudian dilepaskan pada pertengahan padang pasir setelah beberapa bulan sebab para pemberontak tidak ingin dibebankan oleh tangisan anak.
“Janjaweed menyerang kampungku, mereka memilih anak-anak perempuan tertentu dan kemudian membawa kami,” ujar wanita yang tak ingin disebut nama nya itu.
Sekitar sepuluh ribu orang meninggal dalam konflik di Darfur. Lebih dari 1 orang terusir dari rumah mereka. Pemerintah Sudan menuduh, Janjaweed biang pemberontakan dan penyebab konflik kemanusiaan di negara itu.
“ Mereka membuat kami sebagai pelayan seks baginya selama beberapa kali dalam sehari,” ujar wanita muda kedua pada AFP di Kour. “Bagi yang menolak akan dibunuh, “ tambahnya.
Hubungan dengan Israel
Bulan lalu, temuan pihak pemerintah menyebutkan, Israel ikut bermain dan berada di belakang kaum pemberontak di Darfur, Sudan. Menurut Khartoum, para pemimpin pemberontak kerap ketahuan mengunjungi negara Yahudi itu.
Hubungan dengan Israel ini diungkapkan Menlu Sudan Mustafa Osman Ismail yang berbicara kepada wartawan di sela-sela pertemuan khusus Liga Arab di atas.
Informasi mengenai hubungan dekat para pemberontak di Darfur dengan pihak Israel, menurut Osman Ismail, berdasarkan pengakuan para pentolan pemberontak dari kelompok Gerakan Keadilan dan Kesetaraan (JEM) yang berbeda pandangan dengan rekan-rekan mereka dua hari lalu. Perbedaan pandangan para tokoh JEM itu, kata Musa, berlatar belakang pada keterkaitan kepemimpinan organisasi tersebut dengan pihak Israel. (afp/ap/cha)