Hidayatullah.com– Aktivis pergerakan Muslimah dari Malaysia, Dr Suriani Sudi yang juga Ketua Wanita ISMA Malaysia memaparkan empat faktor yang membedakan peradaban Islam dengan peradaban Barat. Perbedaan pertama adalah tauhid, yang dapat membebaskan individu dari kesewenang-wenangan makhluk manapun di alam semesta.
Perbedaan kedua, tawazun (keseimbangan) dan sikap wasathiyah (pertengahan) dalam seluruh aspek kehidupan.
Yang ketiga, pencetakan individu paripurna (insan kamil) dengan berlandaskan pada al-Qur’an. Yang keempat adalah ajaran Islam mengatur seluruh aspek kehidupan seperti aspek spiritual, moral, ekonomi, sosial, politik, dan hukum.
Baca: Salim A Fillah Paparkan Nilai-nilai Dasar Pengasuhan Anak, Apa Saja?
Ketua Departemen al-Qur’an dan Sunnah International Islamic University College Selangor ini pun mengajak umat untuk menelisik sejarah, dengan menjelaskan mulai dari awal mula peradaban Barat dan kedudukan perempuan pada masa itu. Hingga peradaban Barat dalam masa modern dan peran perempuan di dalamnya.
Suriani juga menyinggung tentang dampak dari berbagai macam paham dan gaya hidup yang lahir dari peradaban Barat. Terkhusus paham feminisme yang berhasil masuk ke dunia Islam melalui penjajahan, serangan pemikiran dan sistem pendidikan, sehingga mempengaruhi wanita Muslim yang lemah dalam hal agama.
Suriani menyebut Al-Ittihad Al-Nisa’i Al-Misri (The Egyptian Feminist Union) sebagai contoh. “Mereka adalah orang Islam yang memperjuangkan feminisme, jadi sebenarnya mereka melahirkan orang Islam yang melawan Islam itu sendiri,” ujarnya pada webinar ketiga yang diadakan oleh Panitia Munas V Muslimat Hidayatullah (05/12/2020) itu.
Penerima penghargaan Perkhidmatan Cemerlang KUIS 2009 dan 2018 ini pun menyebutkan, setidaknya ada empat serangan yang mengancam integritas Muslimah, yaitu tuntutan persamaan hak, tanggung jawab istri, kontes kecantikan, dan masalah hijab.
Suriani pun menekankan pentingnya wanita memastikan kesuksesan peran mereka di rumah, sebagai titik awal perjuangan mereka. “Nasib suatu bangsa bergantung bagaimana seorang ibu membentuk anak-anaknya,” ujar peneliti dalam bidang hadits, psikologi, dan kepemudaan ini yang disiarkan melalui kanal Youtube Hidayatullah ID dan TV Pertiwi Malaysia.
Baca: Ketum Mushida: Indonesia Akan Baik Jika Para Wanitanya Berkepribadian Baik
Suriani juga mengatakan bahwa tombak penegak peradaban umat bisa dibagi menjadi dua aspek, yaitu rohani-spiritual dan fisik. Dengan merujuk kepada praktik Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika baru saja hijrah di Madinah, Suriani menekankan pentingnya pembentukan identitas melalui penanaman aqidah yang kuat serta penguatan ikatan ukhuwah sesama Muslim/Muslimah.
Untuk diketahui, Muslimat Hidayatullah akan menggelar Musyawarah Nasional V Mushida secara virtual. Acara berpusat di Pondok Pesantren Hidayatullah Depok, Kota Depok, Jawa Barat. Dengan dihadiri 33 peserta sebagai perwakilan tiap Pengurus Wilayah (PW) Mushida yang ada di berbagai provinsi.
Perhelatan akbar lima tahunan itu akan digelar pada 26-27 Desember 2020 dengan mengusung tema “Meneguhkan Integritas Muslimah Demi Tegaknya Peradaban Islam.” Sebelumnya digelar sejumlah webinar yang dengan beragam tema dan pemateri.* Fadhilah AAA