Oleh: Yana
Hidayatullah.com | //Barangkali di sana ada jawabnya, Mengapa di tanahku terjadi bencana, Mungkin Tuhan mulai bosan, M elihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita//.
Cuplikan lagu berjudul ‘Berita Kepada Kawan’ karangan Ebiet G Ade di atas, begitu relevan dengan kondisi negeri hari ini. Berbagai bencana baik dari udara, darat maupun laut, menyapa negeri dalam rentang waktu sebulan terakhir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 185 bencana hingga minggu ke empat Januari 2021.
Di udara, publik dikejutkan dengan peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air yang membawa penumpang 56 orang. Di darat, bencana yang mendominasi berupa bencana hidrometerologi seperti banjir, tanah longsor dan puting beliung. Terdapat 127 banjir, 30 tanah longsor dan 21 puting beliung. Banjir paling parah terjadi di Kalimantan Selatan, yang hampir tiga minggu belum surut juga.
Gempa bumi terjadi di beberapa titik wilayah seperti Mamuju dan Majene di Sulawesi Barat. Gempa ini sudah menelan korban, ribuan bangunan rusak baik rumah warga maupun fasilitas umum. Tidak hanya itu gunung Sinabung dan Semeru meletus. Di laut, terjadi laut pasang di kota Manado dan Natuna.
Serangkaian bencana ini menyebabkan 166 orang meninggal dunia, lebih dari 1200 orang luka-luka, dan yang menderita serta mengungsi lebih dari 1,3 juta orang. Bencana tahun ini pun lebih banyak merenggut nyawa dibandingkan tahun sebelumnya. Menanggapi rentetan bencana ini, BMKG memperingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Terutama terhadap kemungkinan multi resiko bencana yang akan meningkat di bulan Maret mendatang (BNPB Indonesia, 21/01/2021).
Baca: Bencana Alam menurut Perspektif Ahlus Sunnah wal Jamaah
Benarkah Bencana Faktor Alam ?
Beberapa bencana di atas, memang ada yang disebabkan oleh faktor alam. Seperti gempa bumi dan gunung meletus. Tapi bagaimana dengan bencana kecelakaan pesawat atau terjadinya banjir atau tanah longsor?
Saat meninjau lokasi terdampak banjir parah di Kalimantan Selatan, Presiden Jokowi memberikan tanggapan. Beliau mengatakan banjir tersebut terjadi karena tingginya curah hujan selama 10 hari berturut-turut. Curah hujan tersebut tidak mampu ditampung oleh sungai Barito.
Padahal Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menjelaskan penyebab banjir bukan salah hujan. Tapi akibat alih fungsi hutan. Kondisi hutan primer dan sekunder di Kalsel yang dalam rentang 10 tahun terakhir semakin berkurang.
Aktivitas penambangan dan perkebunan kelapa sawit terjadi secara massif disana. Terdapat 3,7 juta hektar lahan untuk aktivitas tersebut, dan ternyata izinnya diberikan pemerintah kepada perusahaan berskala besar. Sehingga terjadi degradasi lahan hutan sebagai penyerap air.
Pun sama dengan tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Brebes dan sekitarnya. Hal itu disebabkan karena terjadi kerusakan hutan lindung di lereng gunung Slamet. Fungsi hutan beralih menjadi perkebunan dan areal pertanian (mediaindonesia.com, 14/01/2021). Daerah lain yang terkena tanah longsor, juga mengalami nasib yang sama. Artinya dominasi bencana terjadi karena krisis lingkungan hidup. Alam tidak mampu lagi bergerak harmoni karena sudah tidak sesuai dengan fungsinya. Dan harus diakui itu semua karena ulah tangan manusia.
Baca: Selain Bencana Alam, Waspadai Bencana Akidah
Penggundulan hutan untuk aktivitas penambangan, perkebunan, pertanian atau perumahan secara massif, memang tidak bisa dilepaskan dari tata kelola yang salah oleh pemerintah. Pengelolaan penambangan SDA negeri ini mayoritasnya bukan di tangan pemerintah. Tapi diserahkan kepada pihak swasta baik dari dalam maupun luar negeri.
Pemerintah hanya sebagai regulator yang mendapat ‘jatah’ sedikit dari royalti atau pajak. Padahal karakteristik pihak swasta ketika mengelola adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya yang seminimal mungkin. Tanpa memperdulikan dampak kerusakan lingkungannya. Maka begitu nampak kerusakan parah lingkungan karena ‘kerakusan’ ini.
Yang menjadi korban bukan pihak swasta tersebut. Tapi rakyat kecil yang berada di sekitar wilayah terdampak. Sudahlah tidak menikmati tetesan rezeki dari SDA tersebut, juga harus menanggung akibat kerusakan lingkungannya.
Tapi sayangnya pemerintah tutup mata dengan realitas ini. Bencana dari tahun ke tahun selalu berulang dengan penyebab yang sama, yaitu kerusakan lingkungan. Masih saja menyalahkan faktor alam di balik bencana banjir atau tanah longsor ini. Masih juga pemerintah ‘keukeuh’ dengan sistem pengelolaan SDA seperti yang dikemukakan di atas. Miris.
Baca: Doa-doa Saat Ditimpa Bencana
Pandangan Islam
Bencana atau musibah itu merupakan ketetapan Allah atau Qadha Allah SWT [QS At-Taubah[9]:51.Tak mungkin di tolak atau dicegah.Sebagai ketetapan[qadho]Nya,musibah itu harus dilakoni dengan lapang dada,ridha dan tawakal dan istirja’[mengembalikan semuanya kepada Allah SWT]serta sabar (QS.Al-Baqorah [2]:155-157).
Macam bencana itu merupakan lemahnya manusia,Betapa mausia sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT Betapa tidak layak manusia bersikap membangkang terhadap ketentuannya,bermaksiat serta berani mencampakkan petunjuk dan aturan –Nya. Firman Allah SWT:
ءَأَمِنتُم مَّن فِى ٱلسَّمَآءِ أَن يَخْسِفَ بِكُمُ ٱلْأَرْضَ فَإِذَا هِىَ تَمُورُ
اَمۡ اَمِنۡتُمۡ مَّنۡ فِى السَّمَآءِ اَنۡ يُّرۡسِلَ عَلَيۡكُمۡ حَاصِبًا ؕ فَسَتَعۡلَمُوۡنَ كَيۡفَ نَذِيۡرِ
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berkuasa) di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang? Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (QS: Al-Mulk [67]: 16-17).
Baca: Hilangnya Amar Ma’ruf Bisa Mengundang Bencana
Allah SWT berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Artinya: Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS: Ar Rum ayat 41).
Telah nampak kebenaran dari ayat yang mulia di atas. Allah SWT menyampaikan bahwa berbagai kerusakan dari bencana yang datang silih berganti disebabkan perbuatan tangan manusia. Para ulama menafsirkan perbuatan tangan manusia ini adalah kemaksiatan dan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia.
Ayat yang mulia ini juga petunjuk dari Allah SWT kepada manusia untuk peka pada setiap bencana yang ada. Bencana adalah kode yang Allah SWT kirimkan pada manusia baik berupa teguran ataupun peringatan.
Bencana tersebut tidak boleh disikapi secara sekuleristik, dengan menganggap semua itu hanya fenomena alam belaka. Tanpa dikaitkan sama sekali dengan keimanan bahwa Allah SWT lah yang menggerakkan terjadinya fenomena alam tersebut. Artinya manusia harus melakukan muhasabah terhadap bencana yang terjadi. Tidak boleh menganggap hanya angin lalu yang akan hilang dengan berlalunya waktu.
Muhasabah inilah yang akan menghantarkan pada kembalinya manusia ke jalan Allah SWT. Yaitu kesadaran betapa manusia begitu lemah. Manusia sangat membutuhkan pertolongan Allah SWT. Tidak layak manusia bersikap membangkang dan mencampakkan syari’at Allah SWT. Kesadaran untuk berubah dengan mengembalikan tata kelola kehidupan ini pada syari’at Allah SWT. Tidak hanya syari’at yang mencakup hablumminallah (ibadah ritual seperti shalat, puasa, haji dan zakat), tetapi juga hablumminannas.
Baca: Doa Agar Seharian Dijaga dari Bencana
Dalam sistem ekonomi Islam, pengelolaan SDA sebagai kepemilikan umum diserahkan pada Negara. Diharamkan diserahkan pada individu atau pihak swasta. Orientasi negara dalam pengelolaan tersebut adalah pelayanan kepada umat, bukan materi atau untung rugi. Hasil dari pengelolaaan tersebut harus negara kembalikan lagi untuk kesejahteraan umat. Sehingga pengelolaan dari negara tetap memperhatikan keberlangsungan dan kesehatan lingkungan sebagai tempat manusia bernaung.
Dengan tuntunan syari’at Islam, pemanfaatan lingkungan untuk kepentingan manusia tidak hanya mendatangkan kemashlahatan tapi juga keberkahan dari Allah SWT.
وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS: Al A’raf ayat 96). Wallahu a’lam bish-shawabi.*