Dinobatkan sebagai masjid termakmur se-kabupaten. Apa yang telah dilakukan oleh pihak pengelola?
Hidayatullah.com–Seorang ustadz tengah menyampaikan kajian di Masjid al-Istiqomah, Cilimus. Puluhan jamaah baik anak-anak muda atau orang tua fokus menyimak materi tahsin yang disampaikan. Sesekali, sang ustadz mencontohkan cara membaca al-Qur’an yang benar, kemudian serentak diikuti oleh jamaah.
Kajian usai Maghrib di masjid yang berlokasi tepat di depan Balai Desa Cilimus, Kuningan, Jawa Barat, itu sudah menjadi rutinitas harian setahun terakhir. Tak hanya tahsin al-Qur’an, namun juga materi lain dan diisi asatidz yang berbeda- beda.
“Materi lainnya ada aqidah, tafsir al-Qur’an, sejarah Islam, tahlil dan shalawat, fiqih, tasawuf, serta akhlaq,” terang Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) al-Istiqomah Cilimus, Imam Syamsul Umam.
Ia juga menyampaikan kajian itu terbuka untuk umum. Muda ataupun tua, pria maupun wanita. Baik jamaah dari Cilimus sendiri atau dari luar wilayah Cilimus. Jumlah jamaah yang hadir puluhun hingga ratusan orang.
Lalu, bagaimana dengan shalat lima waktu? Imam mengatakan jamaahnya tak kalah ramainya. Maka, tidak ayal kalau pemerintah setempat menobatkan al-Istiqomah Cilimus sebagai masjid termakmur se-Kabupaten Kuningan.
“Setidaknya ada sekitaran 200-an jamaah,” ungkapnya. Jika hari Jum’at, apalagi Hari Raya Idul Fitri ataupun Idul Adha, jamaahnya selalu membludak sampai ke luar halaman.
Selain kajian rutin, ada juga kajian akbar yang digelar di hari besar Islam seperti Tahun Baru Hijriah, Maulid Nabi Muhammad dan lainnya. Juga Ramadhan atau Syawalan. Pihak DKM pun sering menghadirkan ustadz atau ustadzah kondang di tanah air.
“Kami juga ada TPA yang aktif mengajarkan baca al-Qur’an, dasar-dasar ajaran Islam, dan tata cara shalat untuk anak-anak Cilimus setiap harinya. Juga kerap menggelar kegiatan lomba Islami untuk menambah semangat mereka,” papar Imam.
Susana Asri, Lokasi Strategis
Lokasi Masjid al-Istiqomah sangat strategis. Selain dekat pusat pemerintahan desa, juga dekat dengan pasar rakyat maupun alun-alun tempat warga sekitar kerap menghabiskan waktu buat bersantai. Pemadangan latarbelakang masjid yang berupa Gunung Ceremai pun menambah suasana asri nan rindang.
“Dengan lokasi yang cukup strategis itu, mudah bagi DKM mengkampanyekan program-program masjid kepada masyarakat sekitar,” terangnya.
Kapasitas masjid yang bisa menampung sekitar 500 orang ini pun ditata lebih modern hingga membuat warga tertarik untuk berkunjung. Lantainya terbuat dari granit berwarna krem, dilapisi karpet berkelir hijau.
Pilar-pilar penopangnya senada dengan warna lantai. Dinding-dindingnya juga dihiasi granit berwarna abu-abu. Di bagian atas tempat imam/khatib terdapat kaligrafi berkelir keemasan. Mimbarnya dari kayu berwarna coklat, dilengkapi cungkup dengan bentuk setengah lingkaran.
Langit-langit masjid dan kubah bagian dalam terlihat menjulang. Variasi warna kubah terdiri dari coklat serta krem. Menuju anak tangga di bagian dalam, ada penghubung antara lantai satu dan dua. Sementara di bagian kiri ada pembatas untuk memisahkan jamaah pria dan wanita.
Di serambi terpampang papan berisi struktur DKM al-Istiqomah periode 2017-2022, dengan bagan-bagan yang menerangkan posisi para DKM, tugas maupun fungsi dari organisasi.
Masjid al-Istiqomah diresmikan oleh Bupati Kuningan, H. Yeng DS Partawinata, bertepatan dengan hari Pahlawan pada tahun 1994 atau bertepatan 6 Jumadil Akhir 1415 Hijriyah.
Untuk memberi kenyamanan kepada jamaah, pihak DKM pun sangat menjaga kebersihan lingkungan dan memelihara fasilitas yang ada. Selain ruang utama masjid dan tempat wudhu yang selalu bersih, lapangan parkir juga cukup luas. Lalu, DKM menyediakan perpustakaan di samping masjid, untuk jamaah yang ingin membaca dan menambah wawasan keislaman.
Gerakan Sosial
Sebagai masjid yang dekat dengan lingkungan masyarakat, DKM menggulirkan berbagai program kegiatan sosial di antaranya sunat massal, menyantuni kaum dhuafa serta anak yatim, dan sebagainya.
Setidaknya sudah lebih dari 20 kali kegiatan sunat massal dan santunan digelar. Biasanya setiap acara khitanan selalu dibarengi dengan arakan dan penampilan beragam kesenian masyarakat. Namun karena pandemi, tahun 2020 ini, hanya digelar acara inti.
“Setiap khitanan setidaknya ada 40 sampai 50 anak yang ikut. Juga menyantuni ratusan anak yatim dari kabupaten Kuningan bahkan dari luar kabupaten,” kata Imam.
Imam mengatakan, Desa Cilimus sangat lekat dengan akronim ‘Ciri Lingkungan Muslim’, sebab itu menurutnya DKM memiliki kewajiban untuk menghidupkan kegiatan-kegiatan keagamaan di desa tersebut.
“Maka dari itu kami menghadirkan kegiatan-kegiatan yang dapat menjadi ciri lingkungan Muslim itu sendiri. Dengan menghadirkan kegiatan dakwah yang menarik untuk semua kalangan. Kami sengaja menggandeng para remaja dari Pecimas Istiqomah (Pecinta masjid al-Istiqomah), ibu-ibu mejlis taklim, hingga pemerintah setempat,” paparnya.
Dia berharap, Masjid al-Istiqomah Cilimus juga selalu istiqomah memakmurkan kegiatan ibadah maupun keislaman lainnya sebagaimana namanya.* Hidayatullah.com