Hidayatullah.com–Kesenjangan nyata kehidupan dua pasien – si miskin dan si kaya – terungkap dari aplikasi pelacak Covid-19.
Dilansir AFP Kamis (20/1/2022), satu pasien yang belum lama ini terinfeksi coronavirus di Beijing pergi melancong bermain ski, belanja di gerai Dior dan menonton teater komedi.
Pasien satunya mengangkut limbah konstruksi sepanjang malam melintasi berbagai daerah di ibukota China, melakukan lebih dari selusin pekerjaan sambilan dalam dua pekan, sambil mencari seorang putranya yang hilang.
Pihak berwenang China secara rutin mempublikasikannya deskripsi pergerakan pasien Covid-19 beberapa hari sebelum dinyatakan positif, sebagai bagian dari upaya pelacakan penularan coronavirus.
Yue, pria berusia 44 tahun asal Provinsi Henan, mengunjungi dua puluhan lokasi konstruksi dari tanggal 1 sampai 17 Januari untuk bekerja, seringkali di malam hari, dan makan hanya satu kali dalam sehari di sebuah rumah makan mie murahan.
Dalam wawancara yang dipublikasikan media plat merah China Newsweek, terungkap bahwa Yue merantau ke Beijing dalam rangka mencari putra remajanya yang hilang, dan dia bekerja untuk menghidupi putranya yang lebih muda dan kedua orangtuanya yang kondisi kesehatannya buruk.
Yue mengatakan istrinya bekerja di kedai penjual rumput laut di Provinsi Shandong, memperoleh hanya 10.000 yuan ($1.577) dalam setahun. Yue sendiri mendapatkan uang setara itu dengan melakukan banyak kerja sambilan di Beijing selama kurang dari dua bulan.
Menanggapi kisah hidup Yue, pengguna media sosial China mengatakan bahwa penderitaan yang dialami Yue juga dialami oleh jutaan pekerja migran lain di China.
“Dia mewakili mayoritas orang yang kurang beruntung yang berjuang di lapisan bawah masyarakat,” kata seorang pengguna Weibo.
Sementara itu, pasien kaya di Beijing yang dilaporkan terinfeksi Covid-19 pekan lalu merupakan pekerja kantoran bergengsi. Dia merayakan hari tahun baru dengan menu makan siang bebek Peking, berbelanja di butik mewah dan mengunjungi teater keesokan harinya. Wanita kaya itu kemudian pergi wisata ski di akhir pekan selanjutnya.
Dua puluh persen orang terkaya di China memperoleh pendapatan lebih dari 10 kali pendapatan 20 persen orang termiskin, menurut laporan Bloomberg News. Kesenjangan miskin-kaya di China lebih lebar dibanding di Amerika Serikat atau negara-negara Uni Eropa seperti Jerman dan Prancis.*