Hidayatullah.com–Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman (MBS) meluncurkan proyek riset reaktor nuklir pertama di kerajaan itu sebagaimana dikutip Saudi Press Agency (SPA).
Reaktor nuklir tersebut merupakan salah satu dari 7 proyek yang diluncurkan pangeran selama berkunjung ke King Abdulaziz City for Science and Technology (KACST) di Riyadh, Senin, (06/11/2018), sebagaimana kutip AFP.
Ketujuh proyek strategis di antaranya, energi atom, desalinasi air, obat genetik dan industri pesawat terbang.
Dari tujuh proyek yang diluncurkan, dua proyek yang paling signifikan adalah proyek reaktor riset nuklir dan pusat pengembangan struktur pesawat terbang, kutip Aljazeera.
Laporan kantor berita SPA tidak merinci tentang kapan penelitian mulai dilakukan dan reaktor non-listrik ini akan dibangun, serta berapa biayanya.
Selama kunjungan MBS ke KACST juga meluncurkan proyek lain seperti laboratorium genom untuk menanggulangi penyakit genetik.
Selain itu, Pangeran Mohammad juga meninjau dua instalasi desalinasi air bertenaga surya. Sebuah pabrik di Al-Khafji itu akan memiliki kapasitas pengelolaan air jongga 60.000 meter kubik per hari, sementara yang lain di Yanbu akan memiliki kapasitas 5.200 meter kubik per hari.
Pada bulan Maret, MBS mengumumkan kesiapan Saudi untuk mengembangkan senjata nuklir dalam kasus jika Iran menuju ke arah itu.
“Arab Saudi tidak ingin mendapatkan bom nuklir, tetapi tanpa keraguan, jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera mengikutinya,” katanya kepada stasiun televisi AS, CBS, dalam sebuah wawancara.
Pada hari peluncuran proyek reaktor nuklir pertama Saudi, Amerika Serikat (AS) resmi memberlakukan seluruh sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran.
Sanksi terkeras Washington itu sebagai konsekuensi dari keputusan Presiden Donald Trump yang telah menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015.
Tahun lalu, Badan Energi Atom Internasional mengatakan pemerintah Saudi telah mengajukan proposal untuk pembangunan dua reaktor nuklir untuk meningkatkan pasokan listrik negara tersebut.
Kerajaan Saudi sedang mempertimbangkan untuk memiliki 17 reaktor nuklir guna menghasilkan listrik 17,6 gigawatt (GW) pada tahun 2032. Jika itu terealisasi, maka akan menjadi salah satu proyek terbesar di dunia.
Menurut kantor berita Reuters, Arab Saudi bertujuan untuk mengurangi jumlah minyak mentah yang dibakar di dalam negeri guna menghasilkan listrik dan memungkinkannya untuk menjual minyak mentahnya lebih banyak ke luar negeri.
Jika kerajaan melanjutkan dengan rencana itu, maka Saudi akan menjadi negara Arab Teluk kedua yang meluncurkan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir setelah Uni Emirat Arab, yang membangun empat reaktor rancangan Korea Selatan.*