Hidayatullah.com — Kedutaan Besar (Kedubes) Ukraina di wilayah penjajahan ‘Israel’ pada Sabtu mulai secara aktif merekrut sukarelawan di ‘Israel’ untuk berperang melawan militer Rusia.
“Kedutaan telah memulai pembentukan daftar sukarelawan yang ingin berpartisipasi dalam aksi pertempuran melawan agresor Rusia,” tulis kedubes dalam unggahan Facebook publik yang ditulis dalam bahasa Ukraina, lansir Times of Israel pada Sabtu (26/02/2022).
Dalam unggahan tersebut, kedutaan meminta mereka yang ingin “berpartisipasi dalam perlindungan Ukraina dari agresi militer Rusia” untuk mengirim email dengan informasi pribadi mereka, termasuk “spesialisasi militer” yang mungkin mereka miliki.
Pada hari Jumat, sebelum unggahan Facebook kedutaan diterbitkan, duta besar Ukraina untuk ‘Israel’ mengatakan kepada wartawan bahwa adalah sah bagi orang ‘Israel’ untuk menjadi sukarelawan untuk militer Ukraina.
Namun, hukum di entitas Zionis memang memiliki ketentuan yang melarang warganya bergabung dengan militer asing—dengan potensi hukuman hingga tiga tahun penjara. Ini tidak berlaku jika entitas Zionis memiliki perjanjian dengan negara asing yang bersangkutan, meskipun tidak segera jelas apakah ini yang terjadi dengan Ukraina.
Anehnya, meskipun mungkin ilegal bagi orang ‘Israel’ untuk menjadi sukarelawan bagi militer asing, tidaklah ilegal bagi negara asing untuk merekrut orang di ‘Israel’.
Unggahan kedutaan Ukraina itu kemudian dihapus dari halaman Facebook-nya. Tidak ada penjelasan mengapa unggahan itu dihapus.
Kementerian Luar Negeri ‘Israel’ mengatakan telah mengetahui unggahan tersebut sebelum dihapus, tetapi tidak akan berkomentar lebih lanjut. Mereka tidak menanggapi ketika ditanya apakah itu dihapus karena permintaan ‘Israel’.
Sekitar 500.000 orang ‘Israel’ diperkirakan memiliki darah Ukraina, kebanyakan dari mereka datang ke ‘Israel’ setelah runtuhnya Uni Soviet.
Tetapi puluhan ribu lainnya telah berimigrasi ke tanah Palestina dalam beberapa tahun terakhir, setelah invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014. Karena wajib militer ‘Israel’, sebagian besar dari mereka telah menerima pelatihan militer.
Setelah berbulan-bulan membangun pasukan di sepanjang perbatasan, pada dini hari Kamis pagi, Rusia melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap Ukraina. Ratusan tentara Ukraina dan warga sipil telah tewas dalam serangan sejauh ini, dan pejabat Ukraina telah meminta siapa pun di negara itu yang dapat membantu memerangi invasi Rusia.*